Fakta yang demikian buruk akibat penerapan ideologi kapitalis ini, semakin terasa di saat pandemi sekarang. Sehingga ide penerapan sistem Islam makin terdengar gaungnya. Berbeda dengan negara kapitalis yang membolehkan asing mengelola barang tambang yang melimpah, Islam telah membatasi kepemilikan dengan mengharamkan penguasaan sumber daya alam yang melimpah oleh swasta domestik apalagi asing. Dengan begitu negara akan menjadi pihak yang mengelola kekayaan alam milik umum dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk rakyat.
Di sistem Islam keindahan alam yang dijadikan tempat wisata seperti pantai, pegunungan, air terjun dan lain-lainnya akan dijadikan sarana dakwah untuk menyebarkan Islam. Bagi wisatawan muslim, setelah mereka menikmati keindahan alam ciptaan Allah Swt, maka akan semakin kokoh keimanannya. Sementara bagi wisatawan non muslim, sambil menikmati keindahan alam akan disuguhkan informasi-informasi tentang ajaran Islam oleh pemandu wisata. Akan dijelaskan tentang alam raya dan hakikat kehidupan seorang manusia, sehingga wisatawan mengenal akidah Islam dan khazanahnya. Interaksi penduduk setempat dengan para wisatawanpun akan terwarnai budaya Islam.
Begitu luhur dan mulia fungsi pariwisata dalam Islam. Akan tetapi fungsi pariwisata tersebut tidak bisa dioptimalkan dalam sistem sekuler kapitalis. Jangankan berdakwah di tempat wisata, dalam negara sekuler ini dakwah di masjidpun diawasi. Isi dakwahnya harus sesuai dengan kepentingan rezim yang berkuasa. Maka dari itu, terapkanlah sistem Islam maka negara akan mampu memfungsikan pariwisata sebagai syiar Islam, bukan syiar liberal. Jika negara yang menerapkan sistem Islam ini hadir, maka pariwisata dan sumber daya alam yang melimpah akan membawa berkah bagi alam semesta.
Wallahu a’lam.