SERANG– Hampir semua aspek kehidupan manusia, terkoneksi dengan perangkat teknologi. Khususnya teknologi informasi gudget. Dunia digital tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua aspek kehidupan seperti belanja, membayar, menonton, berkomunikasi, bekerja dan aspek-aspek lainnya, dikerjakan melalui perangkat teknologi secara virtual.
“Hampir semua aspek kehidupan secara secara perlahan terus bertranformasi ke dalam dunia digital. Secara adaptif semua lini kehidupan tidak bisa lepas dari dunia digital. Berkenaan dengan trasformasi ini harus ada sistem pembudayaan digitan yang baik, santun dan berkararter dalam bersososial media,” kata Hj Umi Kulsum Umayah. SPd, MPd ketika menyampaikan materi tentang Akhlak Digital dan Pembentukannya dalam Pendidikan karakter (dalam pilar Budaya digital).
Menurut Umi, sopan santun bersosmed merupakan indikator dalam tata pergaulan kehidupan sosial dan di media sosial. Selain itu Umi mengajak agar pengguna media sosial mampu mengelaborasi dan mempertahankan nilai budaya dan nilai agama, sederas apapun perkembangan digital saat ini dan yangam akan datang.
Baca Juga:Tuntut Izin Manggung Merata di Subang, Ratusan Seniman Datangi Pemda SubangGiliran Pakar Mikro Ekspresi Analisa Saksi-saksi Pembunuhan Subang, Termasuk Yosef, Hasilnya Bikin Geleng-geleng
Umi Kalsum dalam paparanya, juga menjelaskan, para siswa pelajar dari madrasah atau dari sekolah umum jika tidak mengedepankan nilai sosial, budaya dan agama dalam bersosial media, akan mengalami demoralisasi. Ketika mereka tidak memanfaatkan kecakapan bermedia sosial tanpa didasari kecapakan beretika digital yang baik.
“Memang dunia digital sulit dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini, jika tidak di barengi dengan pembudayaan yang baik akan menjadi pintu masuk terjadinya perubahan yang kelam dalam peradaban manusia. Para pelajar dan siswa, madrasah maupun sekolah diharapkan mampu menjadi agen perubahan dunia digital ber akhlak sesuai budaya kita Indonesia yang berfondasi agama,” terangnya sambil menegaskan jangan sampai diperbudak oleh media sosial. Sebab hal tersebut akan berakibat hilangnya budaya kearifan lokal dan krisis moral.
“Kita harus mampu jadi pengendali digital, bukan sebaliknya dikendalikan oleh digital,” tegasnya.
Dalam akhir paparannya umi menyampaikan bahwa untuk menguatkan karakter, pembiasaan kebiasaan baik harus terus dilakukan dalam upaya membentuk karakter dan akhlak mulia. (rls)