Ketiga, ajarkan anak untuk mengelola dan mengendalikan emosinya. Ada kalanya emosi negatif dalam diri anak muncul sebagai reaksi atas sebuah peristiwa yang menimpa dirinya. Sebagai contoh, saat teman atau saudaranya mengambil barang miliknya, anak yang tidak mampu mengendalikan emosinya akan marah atau berteriak – teriak. Dalam beberapa kasus, tindakan kekerasan secara fisik (pemukulan) juga dilakukan oleh anak yang tidak mampu mengendalikan emosinya. Oleh karena itu, orangtua hendaknya mampu mengajarkan anak agar menyikapi berbagai peristiwa yang menimpanya secara lebih bijak.
Keempat, berikan apresiasi saat anak melakukan kebaikan. Apresiasi dalam bentuk pemberian hadiah ataupun pujian perlu diberikan oleh orangtua saat anak melakukan kebaikan kepada orang lain. Hal ini akan semakin memacu semangat mereka untuk senantiasa berbuat baik. Artinya, keinginan anak untuk senantiasa membantu orang lain selayaknya kita pandang sebagai sebuah prestasi yang perlu diapresiasi. Orangtua tidak semestinya hanya memberikan apresiasi saat anak berhasil meraih nilai akademik yang sangat baik di sekolahnya.
Kelima, tumbuhkan empati melalui cerita. Dongeng ataupun cerita dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk menanamkan rasa empati dalam diri anak. Cerita – cerita yang menginspirasi dan mengandung pesan moral tentang pentingnya empati dapat disampaikan secara berulang – ulang kepada anak. Aktivitas yang menimbulkan dorongan untuk perasaan orang lain yang tengah dalam kondisi tertentu akan mampu mengasah keterampilan anak untuk bertindak secara bijak. Untuk itu orangtua hendaknya dapat memilih cerita – cerita yang tepat untuk kemudian disimak oleh anak.
Baca Juga:Hasil Webinar Parenting, Dewan Pendidikan Purwakarta Lapor ke BupatiPeserta CPNS dan PPPK di Karawang Gratis Swab Antigen
Keenam, aturlah penggunaan gawai oleh anak. Kehadiran benda kecil berteknologi tinggi (smart phone) di tengah – tengah masyarakat sejak beberapa tahun silam nyatanya berpengaruh terhadap kualitas hubungan atau interaksi sosial antar individu. Penggunaan gawai secara berebihan mengakibatkan anak maupun remaja cenderung mengabaikan kehadiran orang – orang di sekitarnya. Adapun bermain game online serta berinteraksi di media sosial merupakan dua hal yang menyebabkan para pengguna gawai lalai terhadap berbagai kewajiban mereka. Oleh karena itu, sudah selayaknya orangtua mengatur penggunaan gawai anak sejak dini. Tentukan waktu – waktu khusus yang dapat digunakan oleh anak untuk berinteraksi dengan gawainya.