Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan hal itu terjadi:
Pertama guru yang sudah selama ini banyak yang merasa nyaman ketika bisa menguasai “sekedar” materi yang akan diajarkan kepada peserta didik binaannya diesuk hari saja. Bahkan banyak guru yang tidak siap ketika harus mengajar pada kelas yang berbeda jenjangnya diluar kebiasaan dia mengajar. Misalkan guru kels X akan merasa berat kalau dalam waktu mendadak ditugaskan mengajar kelas XI ataupun kelas XII walaupun masih dalam mata perlajaran yang sama. Ini membuktikan banyak guru yang hanya jago kandang yaitu hanya menguasai yang biasa diajarkan saja. Mereka tidak sanggub mengajar kelas berapapun pada saat kapanpun. Memang guru era sekarang sebenarnya banyak dimanjakan tehnologi pembelajaran dengan media pembelajaran yang update dan beraneka ragam model pembelajaran yang lain, namun ternyata hal ini justru melemahakan kemampuan akademis seorang guru. Kondisi semacam ini akan semakin parah ketika kebijakan sekolah tidak mero gurutasi untuk selalu mengajar kelas yang berbeda di setiap tahunnya agar ilmu yang dimilikinya tidak hilang begitu saja.
Kedua adalah tradisi keilmuwan seorang guru sangat rendah. Banyak kegiatan yang berorientasi peningkatan kualitas akdemik guru, namun banyak pula guru yang tidak tertarik akan hal itu. Pelatihan gratis saja kadang sangat sedikit yang ikut, apalagi kalau berbayar tentunya akan semakin berfikir dua atau tiga kali untuk mengikutinya. Hal ini karena guru sudah merasa nyaman dengan penguasaan materi yang diperoleh di kampus saat kuliah saja sekaligus siap apa yang akan diajarkan sebut saja. Modal itu sudah cukup bahkan merasa berlebih untuk sekedar “diberikan” kepada peserta didiknya. Mereka lupa bahwa ilmu terus berkembang dan berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. sehingga untuk negikuti perkembangan ilmu itu butuh perjuangan dan kerja keras bukan sekedar duduk manis dibelakang laptop untuk membuat bahan ajar yang sesuai dengan silabus yang sudah diserahkan kepada kepala sekolah setiap awal tahun pelajaran. Sekarang banyak guru jenis ini yang merasa sudah cukup ketika sudah menyerahkan administrasi dengan tertib kepada Kepala Sekolah mengingat hal itu kan berpengaruh pada penerimaan TPP mereka. Ketika Pemerintah membuat program guru penggerakpun bahkan banyak yang yang diperoleh dengan program guru penggerak termasuk untuk menjadi Kepala Sekolah kedepan harus seorang guru penggerak, ternyata untuk ikutpun harus dipaksa oleh kepala sekolah. Dengan paksaan itu hasilnyapun akan penuh dengan keterpaksaan pula.