para pejabat sekarang terus memperkaya dirinya sendiri baik dengan jabatanya atau juga makin memuluskan bisnis-bisnis mereka agar terus berkermbang, karena jabatan mereka sebagai daya dukung bisnis mereka.
Sehingga jelas nyata sistem sekuler kapitalistik yang tidak mampu mewujudkan rasa keadilan, minim empati pada rakyat,sudah nyata gagal dalam mensejahtrerakan rakyatnya.
Berbeda dengan sistem Islam karena landasan adalah akidah yang kuat. Mulai dari tata politiknya Sampai para pejabat publik serta orang-orang yang terpilih, mereka senantiasa bersungguh-sungguh dalam meriayah atau mengurus rakyatnya.
Baca Juga:Sebagian Wilayah Subang Gelap Gulita Akibat Pemadaman Listrik, Ternyata Ini PenyebabnyaAskab Karawang Dukung RHD Nyalon Ketua Asprov Jabar
Maka akan Kita dapati para khalifah seperti Umar bin khathab, saat terkena pandemi beliau tidak makan daging dan minyak samin dan menghitam kulitnya karena merasakan kesulitan hidup rakyatnya.
Dan khalifah Umar Bin Khathab akan melakukan audit kekayaan para pejabat ketika setelah berkuasa bertambah kekayaanya, apabila ditemukan kekayaan yang meragukan maka khalifah Umar tak segan menyita harta tersebut dan dimasukan ke kas negara (baitul mal).
Begitu juga Khalifah Umar Bin Abdul Azis ketika awal menjabat menjadi khalifah hartanya sejumlah 400ribu dinar tetapi setelah berkuasa beberapa tahun kekayaannya kalau diaudit sekitar 400dinar saja, ini artinya ketika berkuasa tidak bertambah kekayaanya bahkan makin berkurang. Dan tidak akan terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin , antara sang penguasa dan rakyat.
Begitupun bisnis-bisnisnya tidak lagi bisa dilakukkan, karena para pemimpin dalam Islam telah mewaqafkan seluruh waktunya untuk mengurus rakyatnya baik siang ataupun malam baik pemikiran, tenaga, bahkan kekayaanya untuk memenuhi rakyat. Dan tidak pernah berfikir untuk memperkaya dirinya, karena menyadari bahwa jabatan adalah sesuatu yang menjadi sesalan di akhirat kelak.
“Allah SWT maha tahu bahwa manusia sangat menginginkan kekuasan, dan kalian akan berlomba-lomba untuk mendapatkanya. tetapi kalian harus ingat bahwa kekuasan adalah sesalan kelak kalau tidak melaksanakan sesuai dengan syariah Islam”.
‘’Dan sebaik- baik yang memegang kekuasaan seperti seorang ibu yang menyusui bayinya, dia akan memastikan bayinya terpenuhi seluruh kebutuhanya, memberikan yang terbaik bagi bayinya, bukan memperkaya dirinya sendiri dan seburuk-buruk kekuasaan, kalau orang yang mendudukinya seperti seorang ibu penyapih anaknya, sementara anaknya masih membutuhkannya”.( H.R Bukhari).