Kedua bagaimana menghargai orang lain. Ketika kita menghargai siapa pun juga, dia pasti melakukan hal serupa kepada kita. Itu sudah hukum alam.
Jadi hargai dulu orang lain secara profesional dan proporsional. Setelah itu baru mendapatkan penghargaan serupa bahkan lebih dari orang yang dihargai tersebut.
Intinya adalah memberi dulu. Melakukan investasi kebaikan tanpa pamrih pada siapa pun juga. Setelah itu baru memperoleh hasilnya, baik di dunia maupun di akhirat. Yakinlah dengan hal tersebut.
Resah Banyak Orang Nganggur
Baca Juga:Tata Busana, Jurusan Baru di SMK Kutawaringin SubangKembali ke Pantura Subang, Serbuan Vaksin Maritim Kolinlamil Sasar 1500 Warga di Pusakanagara
Ketika saya memutuskan berhenti jadi pegawai, banyak orang yang menyampaikan keheranannya. Apalagi waktu itu pekerjaan saya sudah mapan dengan gaji setiap bulan mencapai belasan juta rupiah. Selain itu mendapatkan bonus beberapa bulan gaji setiap tahunnya.
Waktu itu banyak orang yang ingin bekerja di Semen Cibinong. Apalagi melihat kesejahteraannya yang lumayan plus berbagai fasilitas lainnya. Namun tidak banyak orang yang seberuntung saya.
Teman-teman heran, kenapa semua kemapanan itu saya tinggalkan. Apa sebenarnya yang mau saya cari? Juga apa rencana saya selanjutnya.
Waktu itu masalah utamanya ada pada diri saya. Hati dan perasaan saya selalu resah, ketika dari waktu ke waktu, terutama setiap tugas ke berbagai daerah, melihat banyak orang yang menganggur. Padahal potensi Indonesia besar sekali.
Saya ingin banyak punya waktu untuk menggerakkan mereka. Dengan memberikan motivasi. Menunjukkan potensi mereka untuk menggarap peluang yang ada sehingga bisa memberikan penghasilan yang layak buat mereka bersama keluarganya.
Saya sangat yakin bahkan yakin sekali, ketika saya berpikir untuk banyak orang dan membantu mereka secara optimal dengan ikhlas, tanpa saya minta, secara otomatis Tuhan akan memikirkan dan memberikan yang terbaik kepada saya sekeluarga. Itu sesuai janji Tuhan kepada umatnya yang ditulis dalam semua kitab suci.
Sebelum memutuskan berhenti jadi karyawan, saya lebih dulu menyampaikan rencana itu kepada istri Retno Setiasih serta Alira dan Ero. Setelah berdialog dan mendiskusikannya mereka memberikan persetujuan dan mendukung. Hal tersebut membuat saya makin semangat menjalaninya.