Apa yang dilakukan Soekarno, menancapkan mentalitas kemandirian, saat ini semakin pudar. Namun menjadi “racun” bagi negara kapitalis yang haus dan serakah mengeruk untung dari apa yang ada di perut Bumi Manusia Indonesia, bahkan di seluruh muka bumi.
Kekuasaan modal membutuhkan manusia-manusia bermental kuli. Membutuhkan penguasa yang bisa tunduk pada kepentingan oligarkhi. Agar rimba belantara dan segala isi di perut bumi, dikeruki menjadi infrastruktur, perkebunan, tambang dan segala imaginsi keserakahan kapitalis. Para Oligakh tak membutuhkan status kebangsaan atau warga negara. Siapapun yang tak tunduk, pantas untuk dilengserkan. Bahkan dihancurkan, dihapuskan.
Dan Trisakti hanya tinggal kata yang tak sakti. Kemesraan dengan “aid” dan “loan” kembali terulang sejak tahun 1967 hingga sekarang. Menggemuki angka-angka “hutang” kita. Tak salah dan tak benar seluruhnya. Sebab bisa jadi, tak satupun pembangunan bisa berjalan tanpa ada kemesraan itu. Namun sulit mewujudkan keadilan sosial, jika mental kuli masih menapak kuat. Entah ditapak siapa. (*)
OLEH: Kang Marbawi