Universitas Muhammadiyah Surakarta menyediakan subsidi SPP bagi yang kena dampak pandemi, untuk yang tahap kedua mencapai 217 mahasiswa UMS terselektif dari berbagai program studi sedangkan tahap 1 juga tidak jauh berbeda jumlahnya. Disamping itu UMS juga mengambil kebijakan memberikan dispensasi dan penundaan pembayaran SPP bagi yang mengalami kesulitan akibat pandemi.
Beberapa sekolah juga sudah mengambil langkah yang cukup strategis seperti diatas, misalkan dengan bukan hanya membebaskan pembiayaan pendidikan namun juga menjadi penopang kehidupan anak yatim baru tadi (semacam anak asuh). Bahkan beberapa sekolah dalam hari ulangtahunnya yang biasanya dipenuhi dengan pesta dan hura-hura sekarang sudah banyak yang menggantinya dengan bakti sosial dan santunan kepada yang miskin didalamnya ada anak yatim. Sekolah dengan memberi kebebasan sumbangan apapun dan bahkan memberi santunan dalam bentuk apapun merupakan wujud solidaritas terhadap korban Corona khususnya anak yatim ini.
Bukan hanya itu, yatiman yang sebelumnya tidak begitu popoler, namun belakangan semakin dikenal bahkan Kabuaten Trenggalek dalam merayakan HUT-nya yang 865 tahun ini dengan menggelar santunan anak yatim oleh pejabat Pemkab mulai Bupati sampai dengan Camat yang digelar di Pendopo Kabupaten tanggal 31 Agustus lalu. Memang suasana seremonialnya lebih tampak menonjol, tetapi setidaknya memberi contoh kepada publik bahwa santunan semacam itu harus dilakukan sebagai wujud solidaritas.Dan ternyata memang ini cukup membawa dampak yang signivikan terhadap munculnya kebiasaan baru tersebut.
Baca Juga:Ini Tanggal Penyelenggaraan Ballon d’Or 2021, Berikut Daftar UnggulannyaRevitalisasi Pasar Pulihkan Ekonomi
Bahkan di beberapa tempat kesadaran emak-emak dengan menyediakan bahan sayur bagi tetangganya yang didak mampu nempur, atau memberi makan sebagai konsumsi harian bagi tetangganya yang sedang melakukan isolasi mandiri adalah hal biasa terjadi dimana-mana. Padahal kebiasaan ini sebelumnya tidak pirnah ada ataupun kalau ernah ada tidak several saat ini. Sehingga kebiasaan baru diera pandemi ini bukan sekedar 3 M, 5 M atau berapa M lagi yang terpenting adalah perkembangan budaya masyarakat yang semakin positif dalam arti budaya sebagai wujud implementasi idividu dalam pergulatanya dengan sesama individu yang membentuk masyarakat. Individu semakin menyadari bahwa sebenarnya dia bukan sebuah individu yang sebenarnya individu namun dia adalah bagian dari elemen masyarakat itu sendiri yang satu sama lain merupakan bagian yang tak terpisahkan sehingga mereka membutuhkan kebersamaan dalam membentuk kehidupan bersama ini.