Penulis : Wini Andriyani.S.pd
Ibu Rumah tangga
Di masa pandemi ini akibat masifnya masyarakat menggunakan internet banyak bermunculan kreator creatif, youtuber, selegram, facebooker, tiktoker, menjamur bak jamur di musim hujan, mereka berlomba-lomba memanfaatkan sarana media sosial untuk menyiarkan dan membagikan pesan-pesannya, juga membuat konten dengan berbagai tujuan, salah satunya adalah mencari popularitas juga uang.
Dari sekian banyaknya kreator creatif. Tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki tanggung jawab moral, mereka lebih mengutamakan viewer tanpa memperhatikan apakah konten mereka mendidik atau merusak, yang penting viewer banyak dan dapat banyak uang. Tanpa berpikir panjang mereka dengan mudahnya membuat dan menampilkannya di hadapan publik konten kontroversi dan anti-mainstream, konten pembodohan atau konyol, konten nge-prank, konten pamer kekayaan seperti mobil dan sepeda mewah, konten unboxing barang mewah, konten pamer adegan-adegan centil dan romantis, sampai dengan challenge yang konyol dan membahayakan. Dan kalau kita perhatikan. Konten-konten seperti ini justru yang paling banyak viewer-nya dan diminati oleh masyarakat Indonesia. Terbukti konten ini viewernya bisa sampai ratusan ribu bahkan jutaan, sungguh miris
Terkait hal itu, Menkominfo Jhonny G. Plate berupaya menangani dengan menghapus 24.531 konten negatif, termasuk 214 kasus pornografi anak, 22.103 konten terkait terorisme, 1.895 misinformasi Covid-19, dan 319 misinformasi vaksin Covid-19. (liputan6.com, 19/9/2021). Pemerintah mengklaim telah berupaya melakukan antisipasi dengan beragam edukasi guna mendidik masyarakat untuk menyebarkan informasi yang akurat, juga menghentikan penyebaran konten negatif seperti hoaks, misinformasi, disinformasi, serta malinformasi. Sayangnya, meski puluhan ribu konten negatif telah dihapus, konten negatif lainnya terus bermunculan.
Baca Juga:Impor Menggila, Kapan Rakyat Sejahtera?Ribuan Warga Lembang ikuti Serbuan Vaksin Kodim 0609
Menurut Menkominfo, pemerintah telah melakukan tiga pendekatan untuk meredam sebaran konten negatif di internet, mulai dari hulu, menengah, dan hilir.
Pada bagian hulu, Kominfo telah menggandeng 108 komunitas, akademisi, lembaga pemerintah, hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk memberikan literasi digital ke publik. Ia menambahkan, secara proaktif telah menyampaikan temuan isu konten negatif lewat seluruh kanal komunikasi media sosial Kominfo dan laman resmi kominfo.go.id. (viva.co.id, 18/9/2021).