SUBANG-Intensitas pengapalan kendaraan otomotif di Pelabuhan Patimban terus berjalan intensif. Dalam catatan Pasundan Ekspres, di Bulan Oktober ini saja sudah dua kali pengiriman mobil dari Pelabuhan Patimban. Jumat (8/10) BUMD Subang PT Subang Sejahtera yang bekerjasama dengan PT Roro Samudra secara resmi mengkapalkan 300 mobil melalui kapal KM Roro Samudera di Pelabuhan Patimban.
Sebelumnya, Pelabuhan Patimban juga sudah mengirim sebanyak 750 mobil ke Pelabuhan Belawan, Medan menggunakan Kapal KM Serasi V milik PT Toyofuji Senin (4/10). Pengiriman kendaraan ini merupakan yang pertama usai Pelabuhan Patimban diresmikan pada akhir tahun lalu. Mayoritas mobil yang dikirim juga merupakan mobil pabrikan Jepang yakni Toyota. Hal ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah terkait pengalihan trayek dari Tanjung Priok-Belawan menjadi Patimban-Belawan.
Melihat hal ini, Direktur National Maritime Institute (Namarin) mengucapkan selamat atas mulai banyaknya aktivitas pengapalan barang di Pelabuhan Patimban. Namun di sisi lain Ia memiliki keresahan terkait dengan aktivitas dan bisnis yang terjadi di Pelabuhan Patimban.
Baca Juga:Lapor Jika Melihat!! Siswi SMK di Karawang Hilang Secara Misterius, Berikut Ciri-cirinyaEmpat Balon Kades Ramaikan Kontestasi Pilkades Desa Kihiyang
“Saya ucapkan selamat karena aktivitas pengapalan terus berjalan ya. Tapi maksud saya begini, apakah aktivitas pengapalan ini akan berjalan berkelanjutan atau hanya sebatas untum performance (progres) Kemenhub, atau apakah bisnisnya mendukung, ini yang jadi pertanyaan,” kata Siswanto Rusdi dalam keterangan yang diberikan pada Pasundan Ekspres.
Berita berlanjut di halaman berikutnya…
Siswanto menyebut, saat ini sudah ada surat perintah dari Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan terkait dengan pemindahan trayek. Sejumlah perusahaan yang rencananya memindahkan rutenya adalah Toyofuji dan Agungland.
“Ada surat perintah yang ditandatangani Capt. Mugen, yang isinya terkait perintah memindahkan trayek dari Priok ke Patimban menuju Belawan. Nah, kebetulan baru jalan di Bulan Oktober ini,” jelas Siswanto.
Namun ia berpikir, apakah pemindahan trayek tersebut merupakan bisnis real yang terjadi di lapangan dan dari sisi potensi, peluang dan keberlanjutan bisnis atau hanya sekedar perintah untuk menjalankan agar aktivitas tersebut ada. “Tentunya saya tidak ingin hal ini terjadi seperti di Bandara Kertajati. Ada perintah untuk pembukaan rute, baru satu dua kali jalan kemudian tidak ada lagi. Nah, saya tentu tidak berharap demikian terjadi di Pelabuhan Patimban,” ucapnya.