Oleh :
1.Yulia Enshanty, S.Pd (Guru Geografi SMAN 1 Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
2.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta )
Lebih dari satu setengah tahun sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan, memutuskan untuk menutup sekolah dan menerapkan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau sering juga dikenal dengan pembelajaran online/daring (dalam jaringan). Metode ini dipilih diterapkan disaat pandemi dengan tujuan untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19.
Namun pada saat pelaksanaannya, sekolah daring ternyata menimbulkan dampak negatif tidak menguntungkan bagi anak didik. Susahnya memahami materi karena keterbatasan sarana dan prasarana, menjadikan sebagian besar peserta didik kehilangan semangat belajar, kedisiplinan, dan tidak sedikit dari peserta didik yang malah menggunakan waktu belajar untuk bermalas-malasan dan termasuk malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Mengingat banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari penutupan sekolah dan pembelajaran dengan moda daring, pemerintah akhirnya mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Empat Menteri yang memperbolehkan peserta didik kembali ke sekolah dengan Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTM). PTM terbatas ini tidak sama dengan pembelajaran seperti disaat sebelum pandemi berlangsung. Kegiatan PTM ini harus dilaksanakan dengan mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan, seluruh siswa dan para pengajar termasuk karyawan lainnya harus disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Baca Juga:Menumpuk Hingga ke Badan Jalan, Sampah Ganggu Lalu Lintas di Pasar Impres PamanukanBelum 12 Jam Penemuan Mayat di Wanareja, Ada Lagi Mayat di Jalan Pelajar Pejuang 45
Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri menyatakan bahwa setiap sekolah wajib memberikan layanan belajar tatap muka terbatas setelah seluruh pendidik dan tenaga kependidikan menerima vaksin Covid-19. Pemerintah hingga saat ini pun mengupayakan target vaksinasi masal agar masyarakat, tenaga pendidik dan para pelajar memiliki kekebalan tubuh dalam menghadapi virus. Selain vaksinasi, tentunya sekolah juga harus menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung untuk terwujudnya kegiatan pembelajaran yang tetap mengutamakan protokol kesehatan.
Ketika sekolah sudah kembali melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka, tentu membutuhkan adaptasi lagi, mulai dari adaptasi dengan waktu, program sekolah, dan protokol kesehatan yang mengharuskan siswa dan guru memakai masker selama proses pembelajaran berlangsung. Program pada awal kegiatan PTM, fokus utamanya adalah membiasakan kembali sekolah. Hal ini butuh proses yang tentunya tidak singkat. Apalagi setelah sebelumnya selama pelaksanaan PJJ, peserta didik sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang santai dan fleksibel. Tentu saat ini mereka harus mulai beradaptasi kembali dengan kebiasaan sekolah tatap muka seperti berseragam rapi, disiplin waktu, serta mampu menyesuaikan kembali dengan suasana belajar di kelas.