Oleh : Lilis Iyan Nuryanti, S.Pd
Marongge…mendengar nama tempat ini, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Saya sendiri sebagai penduduk Jatigede, sering melewati tempat ini tapi belum pernah masuk ke Makam Keramat Marongge yang terkenal di masyarakat dengan kekuatan asihan atau peletnya. Hanya saja saya sering melihat orang jauh banyak yang berdatangan ke Marongge, apalagi jika Malam Jumat Kliwon tiba.
Makam Keramat Marongge yang berada di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang ini, sudah terkenal dikalangan para peziarah. Bahkan menurut kabar, satu dua peziarah ada yang datang dari luar negeri.
Para pengunjung yang memiliki maksud tersebut biasanya menjalankan beberapa tahapan ritual, di antaranya mandi kembang, bertawasul, minum air doa, lalu mandi di aliran Sungai Cilutung Sumedang sambil melarungkan celana dalam yang dipakainya saat itu.
Baca Juga:PGE Gelar Geovation Awards 2021, Hasilkan Inovasi Ratusan Miliar RupiahBedah Buku Mengelola Harapan, Tatang Muttaqin : Harus Banyak Belajar Hal Baru
Beragam keinginan seperti sehat jasmani, sukses berkarir, jadi orang kaya, subur dalam bertani, dan permohonan lainnya terlontar dari mulut para pengunjung. Namun yang paling banyak adalah soal perjodohan.
Selain kuburan, di sana juga ada sebuah batu yang dikeramatkan. Batu tersebut menyerupai bentuk kursi yang dibalut dengan kain putih. Bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke tempat ini, kesan aura mistis dan angker mungkin akan terasa.
Ahmad Sadeli (49), juru kunci Makam Keramat Marongge mengatakan sejak adanya pandemi COVID-19, jumlah kunjungan peziarah berkurang hingga 50 persen. Sementara sebelum adanya pandemi, jumlah peziarah yang datang rata-rata kurang lebih seratusan orang di hari biasa. Jumlah itu akan bertambah jika memasuki Jumat Kliwon yang mencapai hingga 500 orang (detikNews, 07/09/2021).
Doa merupakan salah satu ibadah yang amat agung dalam agama Islam. Allah telah memotivasi umat manusia untuk memohon pada-Nya dan berjanji untuk mengabulkan permohonan mereka. Allah telah mensyariatkan berbagai adab dalam berdoa. Di antaranya menentukan tempat dan waktu pilihan, yang lebih mustajab.
Tapi setan berusaha menyesatkan para hamba dengan mengiming-imingi mereka tempat dan waktu yang diklaim mustajab, padahal tidak ada petunjuk agama tentangnya. Tidak sedikit manusia yang terjerat ranjau tersebut. Sehingga mereka lebih memilih berdoa di kuburan dan tempat-tempat keramat, dibanding berdoa di masjid. Lebih parah lagi, ada yang begitu khusyu’ menghiba dan memohon kepada sahibul kubur untuk mengabulkan keinginannya dan ini merupakan kesyirikan. Padahal mestinya peziarah mendoakan si mayit bukan memohon kepada si mayit.