Oleh: Iswahyudiharto
( Guru Geografi SMAN 1 Pagak, Malang, Jatim dan Ketua MGMP Geografi Jatim )
Tercatat sejak awal tahun 2021 bencana beruntun menimpa negeri tercinta, Indonesia. Sementara, pandemi Covid-19 belum mereda, bahkan menujukkan gejala meningkat di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia; bencana lain datang silih berganti. Tanah longsor terjadi di Kabupaten Sumedang, lantas menyusul banjir di Kalimantan Selatan. Kemudian gempabumi 6,2 Skala Richter mengguncang Majene, Sulawesi Barat. Banjir bandang juga melanda Kabupaten Bogor, selain banjir-banjir yang terjadi di Aceh, di Kab Nunukan (Kaltara), dan berbagai daerah lainnya di Indonesia. Tak ketinggalan gunungapi pun menggeliat menunjukkan aktifitas vulkanismenya. Tercatat, sempat ada enam gunungapi menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menunjukkan adanya aktifitas letusan (erupsi) saat ini, yakni gunung Sinabung di Kab Karo (Sumut), anak gunung Krakatau di selat Sunda (Lampung), gunung Merapi di perbatasan Kab Sleman (DIY) dengan Kab Magelang, Kab Klaten, dan Kab Boyolali (Jateng), gunung Semeru di perbatasan Kab Malang dan Kab Lumajang (Jatim), gunung Raung di perbatasan Kab Banyuwangi dan Kab Bondowoso (Jatim), dan Ile Lewotolok di Kab Lembata (NTT). Gunungapi aktif di Indonesia itu sendiri menurut PVMBG dalam Metro Siang (23 Jan 20, Pk 12.00) sebanyak Indonesia memiliki 127 gunungapi aktif dan angka tersebut terbanyak di dunia dan menduduki peringkat pertama dengan jumlah jumlah korban terbanyak. Jumlah itu dengan rincian 69 gunungapi aktif terpantau PVMBG, 51 gunungapi dalam level normal, 14 gunungapi level waspada, dan 4 gunungapi berada dalam level siaga. Masyarakat sekitar gununhapi tentu memiliki ancaman bahaya akibat erupsi.
Terkait sering terjadinya bencana di Indonesia, MGMP Geografi Jawa Timur bekerjasama dengan Dongeng Geologi dan Kagama serta didukung oleh Bank BNI, surat kabar harian “Bernas”, LIPI, dan Kemenag kembali menyelenggarakan serial Webinar Pendidikan Kebencanaan Sesi #4 bertopik “Bencana Erupsi Gunungapi dan Upaya Mitigasinya” pada Sabtu, 23 Januari. Sebagai narasumbernya, Dr. rer. nat. Herlan Darmawan, M.Sc., dosen Geofisika UGM.
Baca Juga:Ada Apa Dengan Rata Lama Sekolah di Subang?An Analysis Of Critical Aspects Of Literary Essay Example
Dalam awal paparannya, Herlan Darmawan menjelaskan bahwa kondisi lempeng tektonik itu menyebabkan terbentuknya magma dan aktivitas vulkanik. Arus konveksi dalam bumi membuat kerak/lempeng bumi kita bergerak dan dinamis. Arus konveksi itu terjadi karena penurunan suhu di mantel yang drastis. Magma terbentuk akibat lelehan batuan di area mantel bagian atas dimana tekanan lebih kecil dari pada inti bumi sehingga magma itu bergerak ke atas. Jika pada bagaian atas, yakni pada kerak bumi terdapat celah/retakan, maka retakan tersebut akan menjadi media keluarnya magma ke permukaan bumi. Dinamika pergerakan lempeng tektonik itulah yang bisa menyebabkan aktivitas vulkanik. Adapun kondisi lempeng tektonik yang bisa melantarkan aktivitas vulkanik itu antara lain: