(1) Zona hotspot. Hotspot bisa terjadi karena ada bagian lempeng kerak bumi yang tipis, sehingga magma bisa menerobos ke permukaan bumi. Magmanya bersifat basaltik dengan kekentalan rendah.
(2) Zona pemekaran kerak samudra (divergent zone). Lempeng samudra yang saling menjauh atau mengalami pemekaran, menyebabkan terbentuknya retakan-retakan di lempeng samudra. Retakan-retakan itu kemudian menjadi media magma menerobos menuju ke permukaan bumi sehingga terbentuk gunung api. Tipe magmanya bersifat basaltik dengan kekentalan rendah (low viscosity).
(3) Zona penunjaman (subduksi). Gunungapi juga bisa terbentuk pada daerah tumbukan lempeng samudra dengan lempeng benua (convergent zone). Contoh: gunungapi Merapi, Semeru, Kelut, dll. Karakteristik magma bersifat andesitik – basaltik dan kental (viscous).
Baca Juga:Ada Apa Dengan Rata Lama Sekolah di Subang?An Analysis Of Critical Aspects Of Literary Essay Example
Sebelum menginjak pada paparan tentang kondisi tektonik dan vulkanisme di Indonesia, perlu dijelaskan bahwa tektonisme sering disebut dislokasi. Dislokasi dalam Geologi adalah perubahan susunan kulit Bumi akibat gaya endogen yang menekan lapisan tersebut sehingga terjadi lipatan atau sesar secara vertikal/radial yang membentuk gunung/pegunungan lipatan dg waktu relatif singkat (orogenesis/orogenetik) maupun secara horizontal/tangensial dg waktu sangat lama dengan cakupan daerah yang relatif luas (epirogenesis/epirogenetik). Narasumber memaparkan bahwa Indonesia terletak di antara pertemuan tiga lempeng menyebabkan Indonesia rentan terhadap gempa dan mempunyai gugusan gunungapi (volcanic arc). Tiga lempeng itu adalah lempeng Erasia, Pasifik, dan lempeng Indo-australia yang melantarkan terbentuknya jalur gunungapi sepanjang 7.000km dari Sumatera-Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Banda-Halmahera-Sulawesi Utara dengan 4,5juta masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana (Kementerian ESDM-Badan Geologi-Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam Herlan Darmawan, 23 Januari 2021).
Menurut Herlan Darmawan, bahwa erupsi gunung api dan mekanismenya mencakup: Erupsi eksplosif (G. Pinatubo, Filipina 1991); Erupsi efusif (aliran lava, G. Kilauea Hawai). Aliran lava mayoritas terjadi pada magma yang bersifat basaltik. Aliran lava pada erupsi efusif antara lain berupa Pahoehoe lava, A’a dan pahoehoe lava, serta Blocky lava. Untuk kasus Merapi, erupsi efusif yang terjadi menghasilkan pembentuk kubah lava. Karakteristiknya, Magma yang kental, mendingin, membentuk batuan vulkanik massif. Jika Gunung api aktif, kubah lava bisa mencapai suhu >100°C. Sedangkan erupsi efusif yang endapannya berupa pillow lava (lava bantal) maka pembentukannya di daerah pemekaran kerak samudra (Palgan, 2017). Erupsi berikutnya adalah erupsi eksplosif. Terjadi karena fragmentasi magma, yaitu proses transformasi sifat magma dari solid/liquid ke gas dan partikel – partikel kecil (pyroclasts). Contoh erupsi eksplosif antara lain tipe Strombolian di gunun Stromboli (Italia); tipe Plinian dengan karakteristik fragmentasi magma di pipa kawah (conduit) dalam dapat memicu letusan dahsyat. Berikutnya tipe vulkanian. Ciri: durasi pendek, kolom erupsi moderate, menghasilkan shock wave dan bersuara keras. Tipe freatik 1, terjadi lantaran laju gas magmatik terhambat karena pengendapan mineral sekunder. Contoh: kasus erupsi Merapi tahun 2018. Pori-pori batuan terisi mineral sekunder, yakni gipsum yang menyebabkan laju gas tertutup dan memicu erupsi freatik. Tipe freatik 2, terjadi lantaran adanya interaksi kalor dari magma dengan air bisa memicu tekanan berlebih (Rouwet et al., 2014). Contoh: erupsi freatik di danau kawan gunung Kelut. Tipe freatomagmatik, terjadi jika ada kontak langsung antara magma dengan air (Houghton et al., 2015).