Karena itu, lanjut Syahroni, alangkah baiknya jika Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta bersama-sama Baznas Purwakarta saling bersinergi dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial keumatan.
Pihaknya juga mengapresiasi besarnya perhatian Kang Dedi Mulyadi atas kondisi sosial yang terjadi di tengah masyarakat di Kabupaten Purwakarta. “Kang Dedi dengan kejelian dan rasa empatinya sangat membantu warga yang membutuhkan. Insyaallah semangat yang sama juga terus dipelihara oleh Baznas Purwakarta, dalam menyalurkan amanah dari para muzakki,” ucapnya.
Terpisah, Ketua Forum Generasi Muda Purwakarta Agus Sanusi mempertanyakan cara Kang Dedi Mulyadi dalam memaknai kemanusiaan. “Jika dalam videonya berbicara tentang kemanusiaan, lalu kemanusiaan mana yang dilakukan sambil mempermalukan orang lain di hadapan umum. Apalagi diposting menjadi sebuah konten YouTube,” kata Agus.
Baca Juga:Sebelum Ditembak Mati, Ternyata Anggota Polres Habis Chatting Sama Istri Si PenembakCiptakan Peluang Usaha dan Pekerjaan, Hengki Dorong Anak Muda KBB Kreatif
Menurutnya, kemanusiaan itu harus dilakukan dengan cara manusiawi. Namun berulangkali seperti tindakan Kang Dedi Mulyadi bukan didasarkan kemanusiaan, melainkan demi mendongkrak popularitas semata. Maka wajar jika konten-kontennya sering menyinggung orang lain. “Pertama ini bukan soal benar dan salah, tetapi caranya. Apa Kang Dedi akan terima jika ada orang memperlakukan hal serupa padanya? Misal seseorang melakukan sidak ke Tajug Gede menanyakan berbagai hal, meminta fakta dan data lalu dijadikan konten,” kata Agus.
Kedua, lanjutnya, konten-konten seperti itu memang laku, populis, tapi sesungguhnya buntu sebab sebagai pejabat publik, yang bersangkutan justru telah gagal. Artinya kebijakannya sebagai pejabat publik tidak mampu menyelesaikan persoalan sehingga ia harus bertindak secara pribadi. “Jika konteksnya Purwakarta artinya, ia sendiri, lalu dilanjutkan oleh istrinya yang bisa dianggap telah gagal memimpin Purwakarta. Dibuktikan oleh banyaknya persoalan dalam konten-kontennya. Kita sebut saja kemiskinan, kesemrawutan pasar, merajalelanya galian dan sebagainya. Konten-konten tersebut bukti bahwa kekuasaan yang dibangunnya buntu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat. Bukti nyata, bahwa ia dan istrinya sebagai pejabat publik telah gagal,” ucapnya.(add/sep)