Desa Bojong Timur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu sentracemilan tradisional. Mulai dari borondong ketan, gula aren, keripik talas, teh hijau, keripik pisang dan lainnya. Nah, cemilan yang paling awal disebut adalah yang paling khas.
Laporan, ADAM SUMARTO
Ya, borondong ketan, saat ini bisa dibilang menjadi cemilan ikonik desa berpenduduk 4.278 jiwa dengan luas wilayah 394.043 hektare. Betapa tidak, borondong yang ada di pasaran saat ini kebanyakan terbuat dari jagung, namun borondong asal Desa Bojong Timur ini, bahan bakunya adalah beras ketan. Bahkan, beras ketan yang digunakannya pun kualitas terbaik dan tidak sembarangan bisa ditanam.
Kepala Desa Bojong Timur, Dedi Junaedi mengatakan, sebenarnya produk UMKM yang ada di wilayahnya cukup beraneka macam. Hanya saja, borondong ketan memang yang lebih tersohor. Penganan ini hanya bisa dibuat secara turun temurun oleh satu keluarga. “Untuk borondong ketan, hanya ada dua pelaku UMKM yang berasal dari satu keluarga. Sejak puluhan tahun lalu, keluarga ini khusus memroduksi cemilan itu. Uniknya, warga lainnya tak bisa membuat borondong dengan kualitas yang sama,” ucap Dedi, saat ditemui di Kantor Desa Bojong Timur, Rabu (28/10).
Baca Juga:As-Asyifa Konsisten Berbagi, Kini Giliran Masyarakat Wanareja Terima ManfaatDiduga Jual Tanah Aset Negara Rp50 M, 2 Kades di Lembang Diringkus Polisi
Dijelaskan Dedi, karena kekhasannya dalam pembuatannya itu, borondong ketan ini secara tidak langsung sudah jadi ikon Bojong Timur. Jika ingat nama desa ini, maka orang akan langsung ingat dengan manis dan krispinya penganan ini.
Sebenarnya, kata Dedi, tak hanya borondong ketan, tapi ada produk UMKM yang jadi unggulan lainnya yakni gula aren. Gula aren yang diproduksi pelaku usaha di Bojong Timur ini asli menggunakan bahan baku air sadapan pohon aren. “Gula ini, diolah tanpa campuran bahan lainnya. Serta, cara pengolahannya juga masih menjaga tradisi leluhur. Ada juga daun teh, yang semuanya diolah dengan cara tradisional. Supaya, kandungan dan cita rasanya juga tetap terjaga,” ucapnya.
Sayangnya, lanjut Dedi, dalam hal pemasaran, produk-produk UMKM ini masih ada kendala. Terutama dari pangsa pasarnya. Selama ini, pemasaran produk ini masih dari satu orang ke orang lain atau konvensional. Belum dipasarkan secara luas. Apalagi, menembus pasar modern.