SUBANG-Tradisi Ruwatan Bumi di wilayah Kabupaten Subang terus dipertahankan dan lestari, sebagai khazanah kearifan lokal. Setiap tahun pemdes bersama para petani selalu melaksanakannya. Seperti halnya di Desa Pangsor Kecamatan Pagaden Barat.
Kades Pangsor Nunung Toyibah mengaku merasa bangga kegiatan Ruwatan Sedekah Bumi ini begitu antusias diikuti oleh petani dan warga desanya. Tokoh adat, tomas, toga dan pemuda bersatu di acara ruwatan ini.
Ruwatan Bumi tersebut sebagai upaya pelestarian budaya lokal.yang sudah turun temurun, dalam rangka tasyakuran sekaligus turun nyambut sawah. “Ini tradisi budaya local. Makanya, perlu kita lestarikan hajat para petani sambut tanam padi,” kata Nunung.
Baca Juga:Pemkab Subang Bagi-bagi Mobil, DPRD: Ini Kurang EfisienHakim dan Pegawai PN Subang Latihan Tanggap Darurat Kebakaran
Menurutnya, ruwat bumi sebagai media ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, karena warga desa, telah diberikan anugrah yang luar biasa, diberikan tanah yang subur, diberikan hasil bumi yang berlimpah.
Dengan ruwat bumi ini semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Sang Pencipta alam semesta ini. “Tadi kita doa bersama dulu, memohon agar hasil tanam padi nanti melimpah dan penuh keberkahan,” tuturnya.
Usai melakukan doa bersama dan hajat sedekahan bumi, kemudian perangkat desa bersama petani keliling kampung dengan iringan seni Sisingaan yang menambah semaraknya acara ruwatan bumi itu.
Ketua BPD Desa Pangsor Kosasih merasa bangga dan bersyukur ruwatan bumi ini masih tetap terpelihara dengan baik. Hal ini menandakan kecintaannya kepada budaya lokal yang sudah ada sejak dulu.
Acara ini diikuti semua kalangan, budayawan, tokoh mayarakat, tokoh agama hingga tokoh pemuda.(dan/vry)