PURWAKARTA – 25 November 1945 menjadi momentum bersejarah, dimana saat itu para guru di seluruh tanah air yang tergabung dalam puluhan organisasi dengan paham dan golongan yang berbeda, dengan bersemangat dan niat mulia bersepakat melebur menjadi satu wadah organisasi yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Kini, setelah 76 tahun Indonesia merdeka, jati diri PGRI sebagai organisasi profesi, organisasi perjuangan, dan organisasi ketenagakerjaan yang bersifat independen, unitaristik, dan non partisan senantiasa terus dijaga, dan melekat dalam dada pengurus, pejuang, aktivis, dan para guru, pendidik, serta tenaga kependidikan.
Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika PGRI sebagai rumah besar pendidikan harus terus bergerak, mengabdi, dan memperbarui diri agar senantiasa adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman yang terus berkembang. “Terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia yang telah menghargai perjuangan para guru, pendidik, pendidik non-formal, dan tenaga kependidikan. Saya kutip ucapan Bung Karno; Jangan sekali-kali melupakan sejarah! (Jas Merah),” kata Ambu Anne pada acara Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2021 dan Hari Ulang Tahun Ke-76 PGRI Tingkat Kabupaten Purwakarta, di Prime Plaza Hotel Purwakarta, Kota Bukit Indah, Bungursari, Selasa (23/11).
Baca Juga:Berbuntut Panjang, Mahasiswa STIE DR Khez Muttaqien Tuntut Dedi Mulyadi Minta MaafRibuan Kader PDIP Subang Siaga di Sekretariat Hari Ini, Ada Apa?
Ia juga mengatakan, tahun ini merupakan tahun kedua dalam suasana pandemi Covid-19. Penanganan Covid-19 di tanah air saat ini sudah memungkinkan untuk bersekolah di berbagai penjuru tanah air kembali melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka secara Terbatas (PTMT). Pembelajaran kembali dapat dilakukan secara luring maupun bauran dengan pembelajaran daring dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ditetapkan.
Pemerintah tidak ingin sekolah-sekolah menjadi klaster baru dalam penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan anak didik, pendidik, dan tenaga kependidikan menjadi prioritas utama. “Diharapkan dengan kembali dibukanya sekolah, dapat menekan angka learning loss dan meminimalisasi terjadinya lost generation pada anak didik kita. Selain itu, proses pembelajaran di masa yang akan datang, serta peran teknologi dan inovasi dalam pendekatan pembelajaran sangat penting dipahami guru. Kerja sama yang efektif dengan orang tua menjadi perlu terus ditingkatkan,” ujarnya.
Kata dia, pembelajaran penting pasca Covid-19 adalah peran guru tidak dapat digantikan oleh teknologi. Guru adalah suri tauladan, kawan belajar, dan pemberi semangat ulung agar bara api anak didik tetap menyala untuk terus belajar meraih mimpi. Guru juga dituntut menjadi pembelajar sejati, sehingga kehadiran guru tetap relevan sepanjang waktu termasuk ketika memasuki era masyarakat 5.0 ini. “Dalam hal ini, PGRI harus berada di jajaran paling depan dalam inovasi dan pengembangan teknologi pendidikan untuk sebaik-baiknya kepentingan peserta didik dalam pengembangan dirinya. Pengurus dan anggota PGRI di semua tingkatan harus senantiasa bahu membahu merespon perubahan dengan berbagai kegiatan saling belajar dan saling memberi,” tuturnya.