Oleh: Ane Laksana Lintang,
Riska Haryadianti Nur,
Rifka Haerani
Mahasiswi Pendidikan Biologi UPI
Indonesia termasuk salah satu daerah tropis yang tidak lepas dari ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD). Tingkat ancaman penyakit DBD di Indonesia sangatlah tinggi, hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah yang baik untuk habitat vektor penyakit DBD yaitu, nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang merupakan vektor utama penularan virus Dengue. Tercatat pada tahun 2015, terdapat 126.675 orang dari 34 Provinsi yang menderita penyakit DBD sebanyak 1.229 orang meninggal dunia. Penyakit DBD disebabkan oleh adanya empat serotipe virus dengue yang berbeda berdasarkan antigen (DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4). Infeksi gejala dari virus Dengue biasanya diawali dengan demam dan munculnya bintik merah pada kulit, hingga yang terparah dapat menyebabkan Dengue Shock Sindrome yaitu, gangguan sirkulasi atau syok hipovelemik akibat hilangnya cairan plasma yang dapat menyebabkan penderitanya tidak sadar bahkan menyebabkan kematian.
Mengingat penyakit ini sangat urgent, maka diperlukan strategi perlindungan yang dapat mengatasi penyebaran penyakit DBD ini, salah satunya dengan menggunakan vaksin. Vaksin DBD yang kini tengah beredar adalah vaksin CYD-TDV yang hanya memiliki tingkat kemanjuran sedang, di Indonesia vaksin ini memiliki harga yang terbilang cukup mahal. Selain itu terdapat 5 kandidat vaksin lain yang masih dalam tahap uji klinis dan belum dapat diedarkan. Untuk itu, pengembangan dan inovasi vaksin DBD dibutuhkan segera sebagai solusi yang menjanjikan dalam mengatasi penyakit tersebut.
Dewasa ini tanaman terlibat dalam pengembangan vaksin DBD melalui tanaman transplastomik. Tanaman transplastomik merupakan tanaman yang telah disisipi oleh gen tertentu ke dalam DNA plastid dari kloroplas tanaman untuk mendapatkan protein yang diinginkan. Tanaman yang digunakan sebagai sarana produksi antigen demam berdarah yaitu selada transplastomik. Dalam proses untuk mendapatkan Antigen demam berdarah ini diperlukan empat serotip dari virus DBD tersebut, yang diperlukan untuk pembuatan vector yang selanjutnya akan disisipkan kedalam plastid selada menggunakan pemboman partikel. Melalui kloroplas tanaman transplastomik ini diharapkan antigen tetravalent EDIII 1-4 dapat terekspresi.