Oleh : Sahiyah
Ibu Rumahtangga
Desember, bulan yang mengingatkan kita semua terhadap kejadian di mana umat Islam berkumpul dari berbagai daerah, golongan juga suku, semata-mata untuk membuktikan pembelaan terhadap agamanya, yang kita kenal dengan sebutan Aksi Bela Islam 212.
Aksi Bela Islam 212 merupakan wujud nyata bahwa umat Islam pada hakikatnya mampu bersatu untuk membela agamanya.
Sudah menjadi kewajiban bagi kaum Muslim untuk membentuk barisan yang kuat dan berkelanjutan, tidak hanya sekedar dalam momen-momen tertentu apalagi sekedar reuni, untuk membela agamanya. Sebab ancaman musuh-musuh Islam sudah mengepung dari berbagai arah, dengan berbagai cara, di mana kaum Muslim harus siap siaga menghadapinya. Bahkan harus memiliki strategi untuk menggentarkannya.
Baca Juga:Resep Steak Bumbu Maranggi, Lezat Bak Sate Maranggi Purwakarta!Antisipasi Bencana Banjir, Sispamdu Zhadoel Menggelar Simulasi Rescue
Berkumpulnya umat seperti yang terjadi pada momen reuni 212 tempo hari ternyata mampu menggentarkan pembenci Islam, dengan terus menghalanginya. Padahal baru berapa persennya, apalagi kalau negeri-negeri Islam bersatu di bawah komando yang satu.
Mereka, musuh-musuh Islam tidak akan berhenti menghancurkan Islam dan umat Islam hingga mengikuti millahnya, yaitu mengikuti pola pikir dan pola sikap mereka, bahkan kalau mereka mampu akan memurtadkannya.
Allah SWT. telah menegaskan melalui firmanNya, yang artinya:
” _Mereka (kaum kafir) akan terus menerus memerangi kalian hingga mereka berhasil mengembalikan kalian dari agama kalian jika saja mereka mampu_(TQS. Al-Baqarah [2]:217).
Secara keimanan kita meyakini bahwa Islam adalah agama mulia, kemuliaannya tidak akan berkurang meskipun banyak manusia yang menistakan. Mengapa harus dibela? Sebab bagi seorang mukmin membela dan menjaga kemuliaan Islam adalah amal terbaik di sisi Allah SWT. sekaligus sebagai bukti kecintaan terhadap agamanya.
Namun sayang walaupun mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim, tidak lantas mewujudkan pembelaan itu mudah. Keinginan umat Islam hanya sekedar ingin mengenang dan menikmati indahnya semangat ukhuwah tidak dibiarkan begitu saja.
Dominasi sekularisme kapitalis yang sudah berurat berakar mencengkram negeri-negeri muslim telah mempersulit umat Islam untuk berdiri tegak di atas kakinya. Gempuran opini buruk dan stigmatisasi seperti radikal, teroris, intoleran terus diarahkan untuk memojokkan ajaran Islam dan perjuangannya.