PURWAKARTA-Akses ke objek wisata Curug Tilu, Desa Ciririp, Kecamatan Sukasari ditutup. Penutupan akses tersebut diduga dilakukan oleh mantan kades setempat yang kalah pada pilkades beberapa waktu lalu.
Ditutupnya akses ke Curug Tilu itu mengundang kekecewaan warga sekitar. Seperti yang disampaikan Ade Jamaludin (43) warga setempat saat ditemui di lokasi wisata Curug Tilu. “Saya dan warga lainnya sangat dirugikan, karena tempat wisata Curug Tilu ini menjadi salah satu sumber perekonomian warga di kampung ini,” kata Ade, kemarin.
Selain menjadi akses wisatawan ke Curug Tilu, sambungnya, jalan tersebut juga selama ini menjadi akses warga untuk mengambil atau membawa hasil kebun dan hutan. “Saya dan warga di Kampung Gunung Buleud, Desa Ciririp, Kecamatan Sukasari akhirnya membuat jalan alternatif di sekitar objek wisata Curug Tilu. Ini terpaksa dilakukan, karena jalan ini bukan hanya menjadi akses wisatawan saja tapi digunakan juga warga untuk mengambil hasil hutan seperti mengambil kayu dan lainnya,” ujarnya.
Baca Juga:Rob Terjang Tujuh Kecamatan di Karawang, Dua Dusun Terendam BanjirStem Cell, Teknologi Pengobatan Diabetes Melitus yang Canggih, Orang Ini Terbukti Sembuh
Warga lainnya Anwar Ibrohim (22), menyampaikan hal senada. Dirinya mengeluhkan sikap mantan kades yang juga memutus aliran listrik yang menerangi sekitar objek wisata Curug Tilu tersebut. “Listrik pun diputus, menurut pernyataan mantan kades tersebut bahwasanya listrik di situ adalah miliknya pribadi,” ucap Anwar
Anwar pun berniat akan laporkan hal ini ke pihak berwajib dan saat ini tengah meminta dukungan dari masyarakat yang dirugikan dengan ditutupnya jalan tersebut. “Kami bersama warga lainnya bakal melaporkan penutupan jalan ini,” kata Anwar.
Terpisah, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisporaparbud) Kabupaten Purwakarta, Agus Hasan Saepudin, menyayangkan adanya penutupan akses ke destinasi wisata tersebut. Pasalnya, hal tersebut menyangkut hidup orang banyak dalam hal ini perekomian masyarakat sekitar.
Meski begitu, Agus mengaku, dalam hal ini pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Karena, itu menjadi ranah pemerintah desa. “Kalau pengelolaan, itu ada di desa setempat. Kalau kami sebatas membatu pengembangan dan promosinya saja. Kami sih menyayangkan adanya kejadian ini, soalnya menyangkut hidup orang banyak,” ucap Agus, saat dihubungi melalui telepon selulernya.