Oleh
1.Dra. Sovia Isniati, M.Pd(Guru Geografi dan WAKA Humas SMAN 1 Kretek Bantul)
2.Drs.H.Priyono,MSi (dosen Fakultas Geografi UMS dan Kolumnis Kolom Taklim pada Koran radar Solo, Jawa Pos )
Saat ini kita berada di suatu era yang disebut globalisasi, pada era ini banyak terjadi perubahan dan perkembangan yang sangat signifikan di semua aspek kehidupan. Disamping dampak positif dalam kemajuan pengetahuan dan teknologi, globalisasi juga membawa dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Salah satunya adalah adanya perilaku menyimpang yang tidak sesuai nilai-nilai yang ada di Indonesia.
Baca Juga:Kapolda: Jangan Keluar Rumah Saat Malam Pergantian TahunJadwal Siaran Langsung AFF Indonesia Vs Vietnam Hari Ini
Kondisi masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan bahwa telah terjadi keguncangan yang memprihatinkan dalam perkembangan peradapan bangsa. Nilai-nilai fundamental seperti penghargaan atas hak-hak asasi pribadi orang lain ternyata sudah tidak dijadikan landasan untuk bertindak oleh berbagai kelompok diberbagai wilayah di Indonesia yang tentu saja berimbas pada perilaku anak-anak baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah.
Rasa sayang sesama Makhluk Tuhan diganti dengan rasa benci dan saling mencela yang dilancarkan oleh berbagai kelompok etnis, pemeluk agama, anggota partai politik, bahkan oleh orang-orang yang menjadi panutan masyarakat. Rasa simpati dan empati sering dikalahkan oleh emosi. Kondisi seperti ini juga terjadi di lingkungan persekolahan.
Banyaknya pelajar yang sering bolos, tawuran, fenomena klithih bahkan sampai pada penyalahgunaan obat-obat terlarang dan narkoba. Kondisi seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kita semua.
Namun, kita tidak boleh berputus asa, kita harus ikhtiar bersama-sama untuk mengatasi masalah yang sangat komplek tersebut. Untuk itu diperlukan berbagai upaya agar permasalahan tersebut segera teratasi. Upaya yang kita lakukan meliputi upaya lahir maupun batin. Upaya lahir meliputi tindakan preventif maupun kuratif yang dianggap efektif, sedang upaya batin dilakukan dengan mmemperbanyak amal soleh, memohon mapun secara ikhlas dan berusaha khusyuk memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Upaya ini tidak hanya menjadi tugas pendidik di sekolah tetapi juga menjadi tugas seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu rekonstruksi pengembangan pendidikan karakter bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan karakter memiliki pengertian sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang didalamnya meliputi komponen-komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, serta komitmen yang tinggi dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.