Yang selanjutnya harus dipikirkan adalah pola kemitraan antara keluarga dan sekolah seperti apa yang sekiranya efektif dalam rangka pengembangan nilai-nilai karakter bagi seluruh siswa/pelajar di Indonesia? Kemitraan yang diperlukan disini tentu saja bukan kemitraan yang sifanya formal dengan bentuk penanda tanganan perjanjian bermaterai atau hal yang sejenisnya.
Kemitraan yang dibutuhkan disini adalah kemitraan yang sifatnya alami dan berkesinambungan yang dapat menyatukan langkah dalam membekali nilai-nilai karakter untuk para pelajar dan putra putri di seluruh Indonesia. Penciptaan suasana yang kondusif dalam pembekalan nilai-nilai karakter baik di sekolah maupun di keluarga dan masyarakat sepertinya merupakan salah satu bentuk kemitraan yang harus dikembangkan.
Suasana kehidupan di sekolah dan di rumah mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, karena hal ini merupakan wahana penyemaian nilai-nilai yang akan digunakan sebagai acuan oleh anak dalam setiap tindakannya. Apabila anak merasa hatinya tenteram baik di sekolah maupun di rumah mereka akan memiliki dorongan yang kuat untuk melaksanakan tugas sekolah maupun tugas di rumah dengan sebaik-baiknya.
Baca Juga:Kapolda: Jangan Keluar Rumah Saat Malam Pergantian TahunJadwal Siaran Langsung AFF Indonesia Vs Vietnam Hari Ini
Mereka akan dengan sukarela menerima dan mengamalkan nilai-nilai positif yang menjadi keyakinan mereka beserta seluruh anggota keluarga. Sebaliknya apabila anak-anak tidak mendapat ketenangan baik disekolah maupun keluarga maka perkembangan intelektual dan emosional mereka akan terhambat dan menjadikan nilai-nilai negatif menjadi landasan berperilaku. Disinilah pentingnya membangun kemitraan sekolah dengan keluarga.
Nilai-nilai karakter yang akan diprogramkan dan dikembangkan di sekolah sebaiknya juga dikembangkan di lingkungan keluarga. Nilai karakter yang akan diprogramkan hendaknya ditentukan berdasar hasil diskusi pihak sekolah dan perwakilan orang tua siswa beserta partisipasi dari masyarakat. Selanjutnya hasil tersebut disosialisasikan kepada seluruh orang tua siswa . sosialisasi ini tidak harus melalui tatap muka tetapi bisa melaui brosur,leaflet, maupun dalam bentuk surat edaran atau bisa juga melalui media sosial karena media ini dianggap lebih efektif. Komunikasi seperti ini sebaiknya dikembangkan secara terus menerus agar pihak sekolah dan keluarga bisa selalu saling mengingatkan apabila terjadi penyimpangan atas keputusan yang sudah dibuat bersama