Kunci dari kemitraan sekolah dan orang tua, seperti dikutip dari Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, adalah dengan membangun 3R: yakni Respect atau rasa hormat, Responsibility atau tanggung jawab, dan Relationship atau hubungan. Respect atau rasa hormat kuncinya adalah sekolah menghormati dan mempercayai keberadaan orang tua. Sekolah mengakui bahwa keluarga berperan penting dalam memberikan wawasan dan informasi tentang apa yang dibutuhkan anak. Inti dari rasa hormat ini, baik sekolah maupun orang tua benar-benar menginginkan yang terbaik untuk anak. Karenanya, sekolah dan orangtua bersedia berbagi tanggung jawab atas keberhasilan anak. Responsibility atau tanggungjawab, artinya sekolah maupun orang tua tidak saling menyalahkan apabila ada masalah dengan si anak dan juga sekolah. Sebaliknya, keduanya harus bertanggung jawab dan bekerjsama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi anak. Dalam bahasa lain, seperti dikatakan Joyce Epsteen, direktur Pusat Sekolah Orangtua dan Kemitraan Komunitas di John Hopskins University, “Terciptanya sekolah yang ramah bagi orang tua dan rumah yang ramah bagi sekolah”. Sekolah yang ramah orang tua adalah dimana sekolah menyambut semua anak dan menghargai perbedaan mereka. Sedangkan rumah yang ramah sekolah adalah rumah yang menegakkan kembali pendidikan yang sudah diterima anak di sekolah. Relationship atau hubungan,artinya dengan rasa hormat dan tanggung jawab, sekolah dan orangtua membuka pintu untuk apa yang disebut hubungan yang bermakna, atau hubungan yang membangun kepercayaan yang mendukung kemitraan berkualitas.
Dari berbagai uraian diatas maka bisa disimpulkan sangatlah penting untuk membangun kemitraan antar sekolah dan keluarga . Kita semua harus menyadari beban dan tanggung jawab kita sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai anggota masyarakat untuk memberikan bekal nilai-nilai karakter positif kepada anak –anak kita dalam menghadapi tantangan kehidupan yang tidak semakin mudah, sehingga membutuhkan dasar nilai-nilai yang kokoh dalam jiwa. Marilah benih-benih kemanusiaan yang mengering kita siram dengan keteguhan iman dengan selalu menengadahkan tangan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa mengaharapkan taufik, hidayah, dan pengampunan. Marilah sendi-sendi yang goyah kita obati dan kuatkan dengan iman. Marilah kita bergandengan tangan seiring sejalan untuk membimbing putra putri kita agar menjadi pribadi yang selalu beriman, bertaqwa, dan tangguh dalam menghadapi zaman yang penuh tantangan dan ketidak pastian. (*)