Berdasarkan pemikiran tersebut maka kepala sekolah dan guru mempunyai tanggung jawab besar terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Utamanya guru, karena guru sebagai ujung tombak dilapangan (di kelas) yang bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak menjadi sumber satu-satunya proses pembelajaran (teacher centered), menempatkan siswa tidak hanya sebagai obyek belajar tetapi juga sebagai subyek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar dihayati. Kita yakin saat ini sudah banyak guru yang telah menguasai strategi dan model pembelajaran, namun kenyataan dilapangan kita masih banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya melaksanakan kewajiban, banyak ceramah (telling method) dan kurang membantu pengembangan aktivitas siswa.
Realitas tersebut dapat ditemukan hampir disemua sekolah, baik di sekolah negeri maupun swasta, tidak terkecuali di madrasah atau sekolah yang berbasis Islam. Pembelajaran di sekolah terutama guru sebagai ujung tombak di kelas karena bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Kepemimpinan kepala sekolah dan kreatifitas guru yang profesional, inovatif, kreatif, merupakan salah satu tolok ukur dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, karena kedua elemen ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran, kedua elemen ini merupakan fugur sentral yang dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat (orang tua) siswa. Jika pelayanan kepada masyarakat baik maka mereka secara otomatis membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah, sehingga sekolah akan lebih mudah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Sejalan dengan pendapat di atas, pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah: “Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center). Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong (cooperative learning). Untuk menciptakan situasi yang diharapkan pada pernyataan di atas seorang guru harus mempunyai syarat-syarat apa yang diperlukan dalam mengajar dan membangun pembelajaran siswa agar efektif dikelas, saling bekerja sama dalam belajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan saling menghargai (demokratis).