Oleh: Dony Purnomo, S.Pd
Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro
Saat ini pola pembelajaran telah mulai berubah dari pembelajaran daring menuju pembelajaran tatap muka. Pada masa transisi ini sekolah telah memulai berbagai strategi dalam melakasanakan kegiatan pembelajaran tatap muka. Mulai dari pembelajaran model pembagian kelas maupun model shift dengan membagi peserta didik pagi dan siang.
Masa transisi ini meruapakan masa penyesuaian yang perlu dipahami oleh guru dan peserta didik. Pada masa ini guru dan peserta didik dituntut untuk menyesuaikan model masuk sekolahnya, model pembelajarannya maupun kondisi psikologi peserta didik yang awalanya cenderung di rumah kini harus belajar di sekolah.
Diawal pembelajaran guru perlu melakukan asesmen diagnosis peserta didik agar guru tahu kesiapan peserta didik dan orangtua agar kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru.
Asesmen diagnosis perlu melakukan asesmen diagnosis dilakukan untuk mengeahui kelemahan dan kekuatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru dapat sesuai dengan kompetensi dan kondisi yang dialami oleh peserta didik.
Baca Juga:Immediate Advice For italian brides ExaminedJadwal Vaksin Booster di Subang
Asesmen diagnosis yang dilakukan oleh guru berupa asesmen diagnosis non kognitif dan diagnosis non kognitif. Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran untuk mengetahui beberapa hal yaitu; (1) Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, (2) Mengetahui aktivitas selama pembelajaran di rumah, (3) Mengetahu kondisi keluarga, (4) Mengetahui latar belakang pergaulan peserta didik, (5) Mengetahui gaya belajar, karakter dan minat peserta didik.
Sedangkan asesmen kognitif bertujuan untuk menyesuaikan tingkat kemampuan kognitif peserta didik. Asesmen kognitif sebaiknya dilaksanakan diawal, di tengah dan diakhir pembelajaran. Asesmen diagnostik kognitif untuk mengetahui; (1) Mengidentfikasi capaian kompetensi, (2) menyesuaiakan pembelajaran di kelas, (3) pemberian remedial sesuai dengan capaian kompetensi.
Setelah melaksanakan diagnosis, guru memperoleh data mengenai kondisi kognitif dan non kognitif peserta didik sehingga dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang baik sesuai tujuan pembelajaran dan tidak terjadi loss learning karena guru telah mengetahui kondisi peserta didik sebelum melaksanakan pembelajaran.