SUBANG-Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada Anak di Kabupaten Subang mengalami penurunan menjadi 2.089 orang atau 2,06 persen tahun 2021. Sementara di tahun 2020 prevalansi stunting di angka 3.071 orang atau 2,69 persen.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Subang dr Ira Lindayanti mengatakan, melihat data dari kurun dua tahun terakhir yakni tahun 2020 dan 2021 ada penurunan prevalensi stunting sebesar 0,63 persen.
Ira menyampaikan, data tersebut cukup menggembirakan bagi dinas kesehatan. Meski begitu upaya untuk terus menekan angka stunting terus dimaksimalkan.
Baca Juga:Kehadiran Tol Cisumdawu, Pedagang Oleh-Oleh Khawatir Jalan Ke Sumedang Tak Seramai DuluHendak Ke Australia, Sembilan PMI Asal Subang Dipulangkan
“Betul kita terus menggencarkan untuk menekan angka stunting,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres.
Stunting disebabkan kurangnya pengetahuan ibu mengenai stunting. Banyak orang tua yang bekerja khususnya ibu sehingga tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Termasuk pola asuh yang salah dalam memberikan makanan tambahan yang tidak sesuai dengan kaidah makanan seimbang.
Sementara itu, untuk pemulihan balita stunting di Subang yakni dengan pemberian makanan tambahan seperti biskuit yang menyasar 418 balita. Anggarannya bersumber dari Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp628.254.000. Pemulihan juga menyasar ibu hamil.
Ira mendorong agar pemerintah desa dan kecamatan memiliki regulasi berupa surat ketetapan satuan tugas stunting dalam percepatan penurunan stunting. Termasuk mendorong agar titik desa stunting khususnya melakukan rembuk stunting tingkat desa.
“Selain itu juga harus melakukan pertemuan lintas sektoral untuk membuat peraturan bupati yang mendukung percepatan penurunan stunting,” jelasnya.
Ira menyampaikan, tim satgas stunting harus bersinergi melakukan evaluasi dan koordinasi terhadap efektivitas program di semua OPD untuk melakukan percepatan penurunan stunting.
Sementara itu salah satu warga Nining Rinati (23) mengaku kesulitan memenuhi gizi terhadap anak yang di kandungnya. Mengingat ia merupakan pekerja pabrik yang memiliki keterbatasan waktu.
“Sibuk juga sih, ada waktu paling hari libur,” katanya.(*)