Inilah konsekuensi negara yang menganut ideologi Kapitalisme Neoliberal. Negara dalam pengaruh ideologi ini tidak berfungsi sebagai pengurus dan penjaga umat melainkan sebagai pembuat kebijakan untuk kepentingan kapitalis yang sedang berkuasa. Salah prioritas dalam setiap penetapan kebijakan sudah menjadi hal yang biasa demi kepentingan para kapital. Dan ini menunjukkan gagalnya Kapitalisme Neoliberal membangun negara yang mandiri.
Berbeda halnya dengan Sistem Pemerintahan Islam. Sistem ini menjadikan penguasa sebagai pemegang amanah umat yaitu dengan memimpin dan mengatur mereka dengan menggunakan syariat Islam.
Negara yang menggunakan sistem Islam akan memastikan seluruh kebijakanya didedikasikan untuk kemaslahatan rakyat dan ini hanya dimungkinkan jika negara menjalankan IPOLEKSOSSBUDHANKAM secara murni dan konsekuen atas landasan keimanan dan ketakwaan. Dan amanah kepemimpinan ini akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Bilamana mereka khianat atau lalai maka mereka diancam dengan hukuman yang berat.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
Baca Juga:Ridwan Kamil Jalan Penghubung Jabar JatengResmikan Alun-alun, Ridwan Kamil Didoakan Jadi Presiden
“Dia yang berkuasa atas lebih dari 10 orang akan membawa belenggu pada hari kiamat sampai keadilan melonggarkan rantainya atau tindakan tiraninya membawa dia pada kehancuran.” (HR. Tirmidzi)
Prioritas kebijakan khilafah tegak di atas akidah islamiyah dan prinsip syariat Islam. Dalam kondisi pandemi ini maka negara akan fokus dalam memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok tiap individu rakyat.
Pemerintah akan mengupayakan rakyat dapat hidup dengan sehat dan terpenuhi atas kebutuhan makanan dan minumannya. Selain itu negara akan memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat. Kemudian membangun mindset kepedulian masyarakat untuk kebersihan diri dan lingkungan.
Maka satu-satunya harapan masyarakat hanya bisa terjadi saat penerapan Islam di bawah naungan khilafah. Segala bencana dan wabah akan segera ditangani dengan serius dan dipertanggungjawabkan oleh khilafah.
Wallahu a’lam bi ashawab.