RAGAM – Masyarakat Tionghoa kemarin telah merayakan tradisi Cap Go Meh, yang dilaksanakan 15 hari usai perayaan Imlek.
Berdasar infomrasi masyarakat Tionghoa yang merayakan Cap Go Meh, tradisi perayaan Cap Go Meh sebagai bentuk tradisi penghormatan yang dilakukan kepada Dewa Thai Yi yang disebut sebagai Dewa tertinggi di masa Dinasti Han.
Dihimpun dari Goodnewsfromindonesia, via Fin, tradisi Cap Go Meh di Indonesia dirayakan dengan berbagai tradisi seperti berkumpul dengan keluarga, memasang lampion di rumah dan juga menyelenggarakan pertunjukkan barongsai.
1. Pawai Tatung di Singkawang
Baca Juga:5 Bahaya Konsumsi Makanan Cepat Saji secara BerlebihanKeunggulan Honda ADV 150, Skutik Resmi MotogGP Mandalika 2022
Pawai Tatung termasuk perayaan Cap Go Meh yang dikenal dan legendaris serta paling unik dan meriah. Tradisi ini biasanya diselenggarakan di kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Dari bahasa Hakka, Tatung merupakan orang yang dimasuki oleh ruh leluhur. Tatung akan mengenakan pakaian dewa dan melakukan pertunjukkan mirip dengan atraksi debus, yaitu dengan menekan perut dengan parang, memakan pecahan kaca, sampai menggorok leher dengan pisau.
2. Jappa Jokka di Makassar
Puncak tahun baru Imlek di Kota Makassar, Sulawesi Selatan ditandai dengan adanya tradisi Jappa Jokka. Perayaan ini digelar pertama kali pada masa Kepresidenan Gus Dur yang kemudian dijadikan agenda pemerintah Makassar untuk promosi budaya.
Terdapat sejumlah perayaan dalam Jappa Jokka di Makassar ini, seperti festival barongsai, kuliner Tionghoa, pameran dan juga lomba menyanyi.
3. Festival Sipasan di Padang
Festival Sipasan adalah festival arak-arakan yang diselenggarakan di Padang, Sumatra Barat. Sipasan merupakan tandu yang berbentuk memanjang seperti kelabang yang dipikul oleh orang dewasa. Biasanya anak-anak duduk di atas tandu dengan mengenakan pakaian adat.
4. Ruwat Bumi di Salatiga
Perayaan Cap Go Meh juga dirayakan masyarakat Salatiga, Jawa Tengah melalui gelaran Kirab Budaya Ruwat Bumi. Kirab Budaya Ruwat Bumi dilaksanakan dengan membawa arak-arakan tandu patung dewa.
Perayaan ini juga tak hanya diramaikan oleh masyarakat Tionghoa, namun dari berbagai lapisan masyarakat kota Salatiga. Ruwat Bumi biasanya diselenggarakan dengan Liong, Barongsai sampai Reog Ponorogo.