Hasil obrolan dengan sahabat di atas, menimbulkan pertanyaan pada penulis. Jika anak yang tergolong cerdas, rajin, disiplin, memiliki motivasi belajar yang tinggi dan selalu peringkat kelas, bisa mengalami kejenuhan, penurunan motivasi belajar, menjadi tidak disiplin, dan penurunan kualitas hasil belajar akibat pembelajaran daring, bagaimana dengan anak lain yang tingkat kecerdasan dan motivasi belajarnya lebih rendah? Bisa jadi kasus tersebut merupakan gambaran permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar anak atau siswa saat ini, dimana pembelajaran daring yang berlangsung cukup lama menyebabkan menurunnya karakter positif siswa. Hal ini juga banyak dialami oleh sebagian besar siswa yang ada di sekolah kami.
Pada awal semester genap tahun pelajaran 2021-2022, sekolah di Bandar Lampung diizinkan melakukan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Pada dua minggu awal PTMT, banyak ditemukan permasalahan, terutama terkait dengan kedisiplinan, minat dan motivasi belajar. Hampir setiap hari, puluhan siswa terlambat datang ke sekolah dan masuk kelas. Hal ini tidak pernah terjadi sebelum pandemic melanda, dan sekolah dilakukan secara daring. Di kelas, para guru perlu usaha ekstra untuk menarik minat siswa dan mendorong agar siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berbagai metode dan pendekatan coba diterapkan. Akan tetapi tetap saja menunjukan hasil yang kurang memuaskan. Siswa lebih banyak terlihat main-main dalam belajar serta tidak focus. Sering ditemukan siswa yang mengantuk dan tertidur di kelas. Setelah dilakukan pendekatan, diperoleh informasi bahwa selama sekolah daring, mereka terbiasa tidur larut malam, sehingga pagi hari mengantuk. Bahkan dari 128 responden tersebut, hanya 15,6 % yang tidak setuju jika dikatakan bahwa sekolah secara daring yang berlangsung sudah cukup lama menyebabkan aktivitas keseharian mereka menjadi kurang teratur. Sedangkan sebanyak 53,9 % menjawab setuju, dan 30,5 % menjawab sangat setuju jika dikatakan bahwa sekolah secara daring yang berlangsung sudah cukup lama menyebabkan aktivitas keseharian mereka menjadi kurang teratur.
Selain tentang kedisiplinan, dari hasil survey sederhana tersebut diperoleh informasi bahwa umumnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Baca Juga:Ciri-ciri Kelebihan Minum Air Putih! Sering TerjadiTantangan Dunia Pendidikan di Masa Pandemi
Menurut Baharuddin dan esa Nur wahyuni (dalam Muhammad Azhar, 2017), lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Hubungan yang harmonis antar ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan dari seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal ini memberikan gambaran pembelajaran secara tatap muka mendukung terjadinya hubungan aktif dua arah antara guru dan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan atau yang dikenal dengan interaksi edukatif. Dalam interaksi edukatif, unsur guru dan unsur siswa, keduanya harus sama-sama aktif. Jika hanya satu pihak saja yang aktif, maka interaksi edukatif tidak dapat berjalan dengan baik.