Oleh Sri Haryati
(Aktivis Muslimah dan Member AMK)
Tahu dan tempe merupakan salah satu makanan lokal yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Selain harganya terjangkau, produk tersebut mengandung sumber protein nabati yang baik untuk tubuh. Kandungan gizi yang terdapat dalam tahu dan tempe sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan, terlebih di masa pandemi ini. Kekebalan tubuh harus dijaga dengan mengonsumsi makanan sehat.
Pandemi yang masih melanda negeri menyebabkan resesi ekonomi, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. Kemampuan membeli protein hewani pun akhirnya menurun, sehingga tahu dan tempe menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein di dalam tubuh.
Namun, masyarakat dan perajin tahu dan tempe kembali dibuat menjerit. Pasalnya, harga kedelai sebagai bahan baku kembali melejit.
Baca Juga:BLK Prioritaskan Program Pelatihan SatpamHKTI: Petani Perlu Beragam Jenis Pupuk, Tolak Rekomendasi Pembatasan Pupuk
Kenaikan harga kedelai kembali terjadi di tahun ini, imbasnya para perajin tahu dan tempe terpaksa memilih menghentikan produksi dari pada terus merugi. Kenaikan harga kedelai yang mencapai Rp11.300,00 per kg, mengakibatkan kerugian hingga Rp1,5 juta per hari. Meski mereka sudah menekan ongkos produksi dengan mengurangi jumlah karyawan dan memperkecil ukuran tahu ataupun tempe, tetap saja masih merugi.
Imbas dari kenaikan harga kedelai ini, para perajin akan melakukan mogok produksi dan mogok dagang massal selama 3 hari, yaitu 21 hingga 23 Februari 2022.
Aksi mogok ini sebagai upaya terakhir akibat mahalnya harga kedelai. Dengan demikian, kepanikan akan terjadi kembali di kalangan masyarakat. Walaupun aksi mogok massal berlangsung hanya 3 hari, namun dipastikan sangat merugikan masyarakat. Terlebih saat ini masyarakat sudah sangat menderita dengan kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng, juga kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok lainnya yang terus terjadi di pasaran.
Sebenarnya apa penyebab harga kedelai terus naik?
Dikutip dari (cnnindonesia.com, 16/02/2022), Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan harga kedelai naik karena mengikuti pasar internasional. Kenaikan terjadi akibat cuaca yang tidak menentu dan inflasi bahan makanan di Amerika Serikat. Kemendag memperkirakan kenaikan harga kedelai kemungkinan terjadi sampai Mei 2022 ke level US$15,79 per bushel, dan kemungkinan baru turun pada Juli mendatang, itu pun tidak signifikan. Kemendag memperkirakan harga hanya akan turun ke level US$15,74 per bushel di tingkat importir.