Setelah munculnya wabah Covid-19 sistem pendidikan mulai mencari inovasi yang tepat untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlebih Pemerintah menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus dilakukan secara daring dan seluruh penyampaian materi akan disampaikan di rumah masing-masing. Setiap sekolah diharuskan memberikan inovasi terbaru untuk membentuk proses pembelajaran yang sangat efektif. Sayangnya, tak semua lembaga pendidikan paham betul mengenai inovasi terbaru yang harus dipakai untuk melakukan pembelajaran selama pandemi. Kebanyakan dari mereka masih belum bisa menyesuaikannya karena terkendala sarana dan prasarana. Untuk itu sekolah menerapkan metode daring bisa dijadikan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan daring ini siswa dapat menerima pembalajaran dan harus melaksanakan dengan menggunakan fasilitas pribadi berupa hand phon , laptop, computer PC yang ada di rumah dengan semaksimal mungkin.
Berkaitan dengan permasalahan pembelajaran yang sangat kompleks ini, tidak menyurutkan semangat kerja selaku  Pendidik  untuk merancang tindakan dan melakukan aksi nyata pembelajaran walau dalam kondisi pandemi dan murid belajar dari rumah, secara mandiri, dengan sistem daring kombinasi.
Perubahan pemikiran setelah mengenal lebih mendalam tentang filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara , bahwa mendidik itu membutuhkan seni yang bagus bagaimana kita membuat murid menjadi merdeka dalam belajar tanpa harus adanya paksaan dari seoragn guru namun  mereka dapat melakssnakan belajar dengan baik dan sesuai bakat dan kemampuan yang ada pada dirinya sesuai dengan kodrat alam dan zaman sehingga nantinya mereka akan pandai dalam bersosialisasi di masyarakat kelak karena murid nantinya akan menjadi bagian dari masyakat di tempat tinggalnya dan berguna bagi bangsa dan agamanya masing-masing.
Baca Juga:Penyimpangan Guru Dalam Kegiatan PembelajaranMasyarakat Diminta Teliti Konsumsi Makanan dan Minuman
Pertama kali yang harus diingat, bahwa Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Mendidik anak sama seperti merawat sebuah tanaman. Dalam merawat tanaman, kita mesti merawat mereka secara telaten dan sabar, sehingga tanaman yang kita rawat bisa bertumbuh dengan semestinya. Begitu juga dengan mendidik anak. Perlu adanya ketelatenan dan kesabaran ekstra agar mereka dapat bertumbuh dengan semestinya.(*)