oleh :
1.Suparto S.Pd,MM.( Guru Geografi SMA Negeri 1 Way Lima Kabupaten Pesawaran Lampung )
2.Drs.H.Priyono,MSi ( Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Kolumnis Jabar Pasundan Ekspres )
Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menelurkan gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi bersama. Di sebuah organisasi yang saling tergantung, kolaborasi menjadi kunci pemikiran kreatif. Kolaborasi itu penting untuk mencapai hasil terbaik saat menyelesaikan masalah yang rumit. Pembelajaran kolaboratif yang dilakukan oleh peserta didik menuntut pengalaman langsung untuk mewawancarai peserta didik karena berhubungan dengan pembelajaran daring. Dibutuhkan kolaborasi yang maksimal antara peserta didik, orang tua maupun lingkungan sekitarnya, sehingga pengalaman beLajar secara langsung yang dilaksanakan oleh peserta didik akan lebih membekas dan tertanam kuat di dalam diri peserta didik serta menumbuhkan motivasi besar untuk terus belajar. Pada saat pembelajaran daring tidak semua siswa dapat mengikutinya karnakan berbagai hal seperti ganguan sinyal. tidak memiliki kuota, tidak memiliki android dan lainnya, hal ini membutuhkan penanganan dari semua pihak dan kerja sama sesame guru untuk membantu siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring. Berkolaborasi dengan guru yang lain untuk memecahkan mencari solusi yang terbaik untuk kelangsungan masa depan anak.
Baca Juga:BPJAMSOSTEK Gerak Cepat, Berikan Santunan Bagi Pekerja Korban Penembakan Di Distrik Beoga PapuaRacikan Kopi yang Aman untuk Stamina Pria!
Pertama kali harus diingat, bahwa Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak kita Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatankekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Mendidik anak sama seperti merawat sebuah tanaman. Dalam merawat tanaman, kita mesti merawat mereka secara telaten dan sabar, sehingga tanaman yang kita rawat bisa bertumbuh dengan semestinya. Begitu juga dengan mendidik anak. Perlu adanya ketelatenan dan kesabaran ekstra agar mereka dapat bertumbuh dengan semestinya.