Oleh: SUPARTO, S.Pd. MM
(GURU GEOGRAFI SMA NEGERI 1 WAY LIMA PESAWARAN,LAMPUNG )
Learning loss adalah hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa, baik secara spesifik atau umum, yang dipengaruhi berbagai faktor. Istilah ini sering diartikan sebagai kemunduran secara akademis yang berkaitan dengan kesenjangan yang berkepanjangan atau proses pendidikan yang berlangsung secara tidak baik.
Masa Pandemi Covid-19 saat ini seakan membuat sistem pendidikan di seluruh dunia seakan terhenti dan berakibat pembelajaran (learning loss) bagi jutaan siswa, Penurunan produktivitas, pendapatan, bahkan perekonomian global membayangi kehidupan generasi ini di masa depan. Seperti dikemukakan dalam beberapa survei lembaga dalam dan luar negeri, pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan selama pandemi ini dinilai tidak efektif. Survei UNICEF, misalnya, mengatakan bahwa 66 persen peserta didik tidak nyaman dengan PJJ (Juni 2021). Apalagi sejauh ini PJJ selalu mengandalkan kepemilikan perangkat digital. Padahal semua orang memahami bahwa kehidupan masyarakat di daerah sangat sulit secara ekonomi, bahkan diantara orang tua peserta didik telah menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dengan situasi ini, maka jangankan membeli perangkat digital dan kuota internet, untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari saja masyarakat sangat kesulitan. Pembelajaran secara daring juga menjadi masalah bagi peserta didik yang tinggal di daerah yang belum terjangkau internet. (https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/menjawab-tantangan-lost-learning-dan-lost-generation-di-tengah-pandemi)
Baca Juga:Ajib! Harga Minyak Goreng di Sultra Capai Rp.140.000 Dua LiterPersikab Lolos ke Liga 2, Diharapkan Bangkit Seperti Era Tahun 90an
Sebagian besar orang tua sudah menyadari bahwa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sekolah daring anak-anak mengalami penurunan nilai akademis, anak-anak mengeluh bahwa pemahaman yang mereka peroleh dari sekolah daring sangat terbatas dan tidak optimal bila dibandingkan dengan sekolah tatap muka karena bayak yang terkendala seperti gangguan sinyal internet, gaya belajar yang tidak sesuai dengan kehendaknya, serta harus duduk di depan layar membuat mereka sangat rentan stres dan akhirnya mempengaruhi mood untuk belajar, tentu saja, itu semua berkonsekuensi kepada prestasi dan nilai rapor mereka, terlebih lagi anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah, anak-anak penyandang cacat, dan anak balita di pendididkan PAUD, SD kemungkinannya akan mengalami kesulitan untuk mengakses pembelajaran jarak jauh dibandingkan dengan anak SMP, SMA yang lebih paham dan mengerti dengan teknologi digital.