Bagi Pu’un Huri, framing “moderasi beragama” muncul bukan saja untuk menjawab problem pemahaman nalar beragama yang salah. Nalar salah yang menghasilkan sikap mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan tak welas asih. Seperti aksi teror kekerasan atas nama agama, radikal terorisme dan maraknya intoleransi. Moderasi beragama adalah ruh dari beragama serta menjadi panggilan dari esensi beragama. Sikap welas asih, toleransi dan menghargai perbedaan memiliki landasan teologis dalam semua agama.
“Keburukan datang pada manusia yang salah menggunakan nalar. Sehingga nalar yang buruk memanggil keburukan untuk dirinya” begitu kata Pu’un Huri.
Diskusi gayeng dan kencang dengan Pu’un Huri, tinggal kenangan. Kemarin malam, Pu’un betul-betul memenuhi panggilan Sang Pencipta untuk menjadi “wali” di sisi-Nya langsung. Selamat jalan Pu’un Huri, wali kami dalam berdiskusi dan menguatkan moderasi. Kebaikan dan pemikiran progresif kebudayaannya akan Kami teruskan. (*)
OLEH: Kang Marbawi