BANDUNG BARAT-Menyambut bulan Ramadhan, permintaan untuk sejumlah kebutuhan pokok diprediksi akan meningkat. Permintaan tersebut seperti gula pasir, telur, juga beras.
Kepala UPTD Pasar Wilayah 1 pada Dinas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bandung Barat, Mulyadi menjelaskan, meningkatnya permintaan konsumen berimbas pada naiknya harga sejumlah komoditi.
“Harga-harga sedikit naik, tapi kami pastikan ketersediaan komoditas dan kondisi pangan tetap aman,” jelas Mulyadi, Kamis (24/3).
Baca Juga:Potensi Pasar Bagus, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang Dorong Warga Budidaya Ikan NilaMenumbuhkan Budaya Pembelajar di Sekolah dengan Teaching Grading
Sekarang ini, dia memaparkan, harga kebutuhan pokok pada lima pasar tradisional di Bandung Barat cenderung masih stabil. Misalnya gula putih Rp14.000 per kilogram, daging sapi Rp130.000 per kilogram, daging ayam Rp34.000 per kilogram.
Perihal stok minyak goreng curah yang sampai saat ini masih terbatas, pihaknya pun berkoordinasi dengan provinsi agar secepatnya bisa mengatasi masalah ini.
“Ketersediaan curah di lapangan masih terbatas, kalau untuk (minyak) kemasan banyak. Mudah-mudahan sebelum bulan puasa stoknya sudah melimpah,” ujarnya.
Di samping itu, pedagang di Pasar Panorama Lembang memprediksi harga daging sapi akan melonjak hingga menembus Rp150 ribu per kilogram.
“Sekarang masih bertahan Rp130 ribu, naik sejak seminggu lalu dari harga normal Rp115 ribu per kilogram. Jika melihat pengalaman tahun lalu, saat mendekati puasa harga naik lagi menjadi Rp150 ribu,” kata pedagang daging sapi, Hendra.
Dirinya mengungkapkan, naiknya harga daging sapi lantaran terjadi penurunan pasokan dari rumah potong. Kebutuhan sapi potong lokal dianggap kurang untuk memenuhi permintaan pasar.
“Sapi impor kurang, sementara stok sapi lokal enggak bisa tercukupi,” imbuhnya.
Baca Juga:Naik, Usulan Honor Petugas KPPS Menjadi Rp.52 MiliarPenggerak Sektor Industri dan Ekonomi, Perlu Tenaga Kerja Terampil!
Naiknya harga berimbas pada penurunan daya beli masyarakat. Indra mengatakan, jumlah pembeli ke pasar alami penurunan sampai 70 persen.
“Pembeli sepi, mungkin harganya yang terlampau mahal. Kalau harga terus naik, bisa-bisa pembeli pada kabur,” paparnya.(eko/sep)