Pemimpin dengan kompetensi teknikal-manajerial dianggap memiliki kekhususan dalam bentuk dorongan dan kecerdasan bawaan atau kelihaian berbasis pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang memunculkan kinerja sang pemimpin. Kapasitas moral, emosi dan relasi dibutuhkan ketika tekanan mencapai tahapan kritikal di mana kompetensi tersebut tidak dapat lagi bekerja maksimal. Menghadapi alam tak bertuan dengan keliaran dan keganasan tanpa mampu memperkirakan dampak ancaman dengan tantangan yang berubah-ubah dan dapat muncul seketika menjadi krisis sebagai bahaya, bencana, resesi,  dan malapetaka yang menghancurkan, keteguhan dan ketahanan sangat dibutuhkan dan ketahananan membuka peluang untuk pulih dari beragam krisis tersebut.
Menurut McEwen (dalam Rahyuningsih, 2019) terdapat model pengembangan untuk menjadi seseorang yang resilient. Model ini memiliki 4 aspek mendasar yaitu :
1. Ketangguhan mental
Aspek penting dalam resliensi seseorang adalah seberapa kuat dia dalam sisi mentalnya, kuat dengan segala benturan yang ada, bahkan mampu mengendalikan sesuatu yang terjadi di lingkungannya. untuk mengembangkan ketangguhan mental, haruslah seseorang selalu mengembangkan sikap percaya diri dan optimis
2. Ketahanan fisik
Tidak hanya secara mental, ketahanan fisik juga harus dibangun untuk menjadi seseorang yang resilient. tantangan yang berat, tentu akan menuntut pemimpin untuk bekerja lebih ekstra, maka energi tentu akan cepat terkuras. Maka untuk tetap bertahan, daya tahan tubuh yang kuat adalah hal yang utama
Baca Juga:Kursi Wakil Walikota Bandung Kosong, PKS KecewaAktivis 98 dari Universitas Padjajaran Menolak Keras Wacana Penundaan Pemilu 2024
3. Keseimbangan emosi
Seorang pemimpin harus selalu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang rasional. tindakan yang rasional tidak akan didapatkan dengan keadaan emosi yang tidak terkontrol dan seimbang, maka pemimpin yang resilient adalah mereka yang mampu mengolah perasaan negatif mereka
4. Tujuan dan makna hidup.
Rumusan penting dalam setiap kehidupan manusia adalah adanya tujuan dalam hidup. menggambarkan pemaknaan seseorang akan kehidupan, agar nantinya setiap apa yang dia lakukan tidak boleh kontradiksi dengan tujuan yang hendak ia capai. untuk menjadi pemimpin yang resilient, harus selalu berpegang teguh pada tujuan yang jelas dengan disandingkan nilai dan prinsip yang kuat https://transformia.co.id/4-langkah-menjadi-seorang-resilience-leader-di-kala-pandemi)
Keteguhan dan ketahanan adalah kapasitas yang sangat diperlukan untuk bangkit keluar menghadapi dan melewati krisis, seperti krisis pandemi Covid-19. Kapasitas tersebut adalah resiliensi. Kapasitas resiliensi menjadi suatu keharusan karena merupakan kemampuan untuk bangkit kembali dari keterpurukan dan dapat bergerak maju dari kondisi sebelumnya. Resiliensi adalah konsekuensi dari perubahan yang sangat cepat, penuh ketidakpastian, khaotis, kompleks, dan lebih keras (Stoltz, 2004).