Munculnya ARD sebagai bakal calon bupati kontan saja menjadi lebih menarik bagi media. Ketimbang sosok ketua partai yang sudah deklarasi sebagai bakal calon bupati dari partai yang dipimpinnya.
Golkar misalnya hampir pasti mencalonkan Elita Budiarti, PKS solid dukung Agus Masykur, PAN dengan modal 5 kursi pun sudah mendeklarasikan Farah Puteri Nahlia (Neng Farah) untuk diboyong ke Subang sebagai calon bupati. Demikian juga Gerindra dengan modal 6 kursi menggaungkan Aceng Kudus sebagai kandidat calon bupati.
Sedangkan PDIP sementara ini menegaskan calon bupati 2024 hanya Ruhimat. Publik masih menunggu PKB yang kini dipimpin generasi muda. Entah siapa yang akan diorbitkan.
Baca Juga:Wapres – Gubernur Luncurkan Lapak Abah – Ojek DesaDari 730 Perusahaan di Subang Hanya 14 Perusahaan Laporkan CSR
PDIP, Golkar, PKS, Gerindra, Nasdem dan PAN sudah menghembuskan figur bakal calon bupati. PKB kembali bakal jadi penentu arah koalisi. Seperti di Pilkada 2018 lalu.
Wajar saja jika Nasdem mengorbitkan bakal calon bupati Subang dua tahun sebelum Pilkada. Mengingat pasangan Jimat-Akur masih kokoh. Tak banyak isu negatif yang beredar. Kebijakan zero rupiah dan redupnya kehebohan jatah proyek menguatkan citra Jimat-Akur memimpin dengan cukup kondusif. Isu suap perizinan tidak lagi terdengar.
Tak banyak kritik populis yang bisa dilemparkan untuk menggerus popularitasnya. Kecuali kritik atas jalan rusak. Itu pun bisa dijawab dengan mudah: karena anggaran tergerus penanggulangan Covid-19. Dua tahun terakhir pasti akan dikebut untuk diperbaiki.
Kritik jalan Cipendeuy tembus Bukit Nyomot? Itu pun kini sudah jadi proyek strategis nasional (PSN). Artinya, dipandang logis dan layak oleh pemerintah pusat dan provinsi untuk didanai. Jalan itu punya potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan dukungan untuk kawasan industri maupun wisata.
Lalu apa kekurangan Jimat-Akur? Berat bagi penantang untuk melempar kritik. Apalagi melalui kampanye hitam. Akan lebih produktif dan mendidik yang dilempar adalah gagasan baru. Yang belum dilakukan oleh Jimat-Akur. Sehingga publik bisa mengukur bagaimana seorang tokoh memiliki gagasan untuk kemajuan Subang. Dari gagasan itu pula publik bisa mengetahui hal baru, harapan baru. Sekaligus diukur apakah rasional atau hanya bombastis gagasan tersebut.