Sejarah Bajak Laut Zaman Dulu di Indonesia, Masa Kerajaan Sriwijaya
Masih dari buku karya Kenneth, diceritakan cuplikan kisah dari ahli geografi dari Arab, Ibnu Rusta. Yakni sekitar abad ke-10 Ibnu Rusta melukiskan suatu pulau di Riau (diperkirakan Kepulauan Lingga).
“Pemimpinnya mengepalai pasukan Sriwijaya,” demikian catat Ibnu seperti dilansir Kenneth, “Terkenal akan kemampuannya untuk melindungi atau mengganggu kapal-kapal yang melintas.”
Ahmad Berkah namanya, Ia bercerita dalam dampak kekuasaan Maritim Sriwijaya terhadap masuknya pedagang Muslim di Palembang Abad VII-IX Masehi. Bahwa Sriwijaya menguasai maritim karena didukung kekuatan tentara dan manajemen pemimpin.
Baca Juga:Tersandung Kasus Pornografi, Ternyata Begini Karakter Dea OnlyfansWow! Pertama Rilis, All New Honda HR-V Sudah Dipesan 1.265 Unit
Kerajaan itu pun dengan mudah menguasai jalur-jalur pelayaran yang strategis, terutama lagi Selat Malaka, Selat Bangka, Selat Sunda, Selat Karimata.
Kekuatan Sriwijaya dapat mengendalikan bajak laut. Kondisi jalur pelayaran yang awalnya menakutkan untuk para pedagang Muslim. Selanjutnya berubah menjadi aman dan nyaman untuk dilayari.
Berkah pun menambahkan, bahwa hubungan kerja sama Sriwijaya dengan mancanegara menghasilkan pengakuan kedaulatan dan menambah kuatnya kekuasan di jalur perdagangan.
“Sriwijaya dengan kekuatan maritimnya serta bekerja sama dengan Orang-orang laut untuk mengamankan jalur pelayaran menuju pusat Sriwijaya dari para perompak bajak laut,” jelasnya.
“Serta meningkatkan kepercayaan kepada para pedagang Muslim baik dalam perdagangan maupun jaminan keamanan diperjalanan pulang pergi dari pusat Sriwijaya dan akses bagi pedagang muslim dalam proses Islamisasi melalui jalur perdagangan di wilayah kerajaan Sriwijaya.”
Semenjak keruntuhan Sriwijaya, sekitar abad ke-11 atau ke-12, bajak laut di Selat Malaka bertindak sendiri-sendiri dan terlihat mengganas. Selat Malaka menjadi rawan untuk pelayaran. Hal itulah yang “dibersihkan” oleh armada Cheng Ho (Zheng He) pada abad ke-15. Akan tetapi, pada waktu-waktu kemudian, para perompak terus beraksi. Sampai saat ini.
Jalur perdagangan tersebut, yang menjadi jalur penyebaran Agama Islam masuk ke Indonesia. Kerajaan Sriwijaya, menjadi pembuka pintu gerbang Negara Indonesia bisa memiliki Agama yang paling direkomendasikan di Dunia. (Jni)