Perfettu

Kang Marbawi
0 Komentar

Ramadlah adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya

Untuk  Nya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkan Nya

kepadamu. Semua yang khusus untuk Nya khusus untukmu.

Ramadhan bukan parade narsisme ritual mendaki peningkatan ibadah, yang kemudian terjun bebas pasca lebaran. Ramadhan adalah penemuan kembali siklus hidup (perfettu) untuk mencari kedamaian hati, pikiran, makna pekerjaan, laku lampah dan tujuan kehidupan. Angan dan harapan menjadi pendorong gairah dan semangat. Penguat etos kerja yang dilandasi keseimbangan spiritual dan profesional.

Ramadhan mendudukan kembali rasionalitas dalam ketidak rasionalan ambisi. Sebab dalam ketakrasional laku, dimanapun kita berkerja, hasrat kekuasaaan dan keserakahan selalu menjadi benalu. Kekuasaan bagi Hannah Arendt, selalu merupakan hasrat untuk menguasai, baik dengan cara dan tujuan yang “baik” maupun dengan yang “tidak baik”.

Baca Juga:Berdayakan Pelaku UMKM, BRI Antarkan Pengusaha Kopi Gayo Tembus Pasar InternasionalDPRD Subang Segera Bahas Pemekaran Pantura

Ramadhan menjadi olah perfettu untuk membeningkan hati dan pikiran. Menajamkan empati sosial dan spiritual kita. Tak sekedar kolosal jumlah rutinitas ibadah.  Ramadhan bukan sekedar menahan haus dan lapar. Gus Mus berpuisi:

Mustofa,

Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang

mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa.

Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu

atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.

Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan

sedikit berpuasa tapi hanya kau yang tahu

hasrat dikekang untuk apa dan siapa.

Ramadhan adalah olah perfettu untuk melawan nafsu dirimu sendiri.

Puasakan kelaminmu untuk memuasi Ridla

Puasakan tanganmu untuk menerima Kurnia

Puasakan mulutmu untuk merasai Firman

Puasakan hidungmu untuk menghirup Wangi

Puasakan wajahmu untuk menghadap Keelokan

Puasakan matamu untuk menatap Cahaya

Puasakan telingamu untuk menangkap Merdu

Puasakan rambutmu untuk menyerap Belai

Puasakan kepalamu untuk menekan Sujud

Puasakan kakimu untuk menapak Sirath

Puasakan tubuhmu untuk meresapi Rahmat

Puasakan hatimu untuk menikmati Hakikat

Puasakan pikiranmu untuk menyakini Kebenaran

Puasakan dirimu untuk menghayati Hidup.

Tidak.

Puasakan hasratmu

hanya untuk Hadlirat Nya!

0 Komentar