Tak Melaut, Nelayan di Pantura Subang Terpaksa Berhutang

Tak Melaut, Nelayan di Pantura Subang Terpaksa Berhutang
0 Komentar

SUBANG-Cuaca buruk masih menjadi kendala para nelayan pemilik kapal di bawah 5 GT (groos ton). Jika terus dipaksakan melaut akan membahayakan nyama para nelayan.

Daripada membahayakan diri, para nelayan pun akhirnya memilih berdiam di rumah. Namun satu sisi, kebutuhan untuk hidup sehari-hari harus tetap dipenuhu. Alhasil sejumlah nelayan melakukan pinjaman untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Nelayan Subang Tardimanudin (50) mengaku enggan melaut karena cuaca masih belum bersahabat. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari terpaksa mengandalkan pinjaman.

Baca Juga:Berbagi Bahagia di Bulan Ramadan, BRI Group Bagikan 80.000 Paket Sembako ke Panti Asuhan, Panti Werdha dan Masyarakat UmumGebyar Vaksin di Subang Dilaksanakan Hingga Setelah Tarawih

“Sudah jadi kebiasaan kalau nggak melaut ya minjam duit, pas melaut ya bayar utang,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres.

Dia mengatakan, tak hanya dirinya saja yang melakukan pinjaman. Rekan-rekan sesama nelayan pun sama saja.

Ketua Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Ali Haerudin mengatakan, seharusnya pemerintah hadir di saat para nelayan membutuhkan uluran tangan. Bantuan tangan tersebut mulai dari bantuan jangka pendek dan jangka panjang.

“Bisa melalui pinjaman kredit yang difasilitasi, ataupun bantuan kapal di atas 5 GT  agar mereka berani melaut ketika cuaca buruk menerjang,” ungkapnya.

Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, Dinar Waldinar memprediksi sebagian nelayan memiliki pinjaman online ataupun pinjaman bank emok. Sebab ketika ingin dibuatkan kartu Kusuka (Pelaku usaha kelautan dan perikana) tidak bisa dilakukan karena BI checking nelayan yang jelek.

Adapun nelayan yang saat ini memiliki kartu Kusuka masih kurang dari 100 nelayan dari total keseluruhan 3.000 nelayan.

“Estimasi 60 persen pinjam ke emok atau pada pinjol,” ungkapnya.(ygo/ysp)

0 Komentar