Pojokan 94
“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka, bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian,” Ali Bin Abi Thalib
***
Nak, dulu ayahmu ini, ketika masih orok, dibebat dengan otto dan bedong kain. Agar hangat dan kakinya lurus, begitu kata orang tua. Walau itu menurut kedokteran anak sekarang, kurang tepat. Dulu ayahmu ini belajar berjalan menggunakan patok bambu yang diberi pegangan dan bisa berputar. Dulu ayahmu ini bermain kuda-kudaan dan perang-perangan dari pelepah pisang, atau membuat mobil-mobilan dari kulit buah jeruk Bali atau dari bekas papan kayu atau dari kardus bekas makanan atau dari bekas kaleng susu kental.
Dulu ayahmu nonton tv hitam putih di rumah tetangga. Karena jarang yang memilikinya. Hanya orang-orang tertentu saja yang punya. Dulu ayahmu ini, bermain di sungai, setelah ikut “angon” kerbau punya tetangga. Atau bermain “Sodor”, permainan menjaga garis demarkasi berbentuk jalur bujur sangkar. Permainan nasionalisme sederhana mempertahankan teritorial ketika jaga. Dan adu kelihaian menerobos teritori lawan tanpa terkena sentuhan tangan penjaga garis teritori atau bulldozer lawan, yang berada di garis katolistiwanya permainan “Sodor”. Atau “Bentengan”, permainan yang mencoba menembus lawan agar bisa menginjak sepotong batu bata sebagai simbol pertahanan masing-masing. Atau mencari kayu bakar dan “ngangsu”, menimba air sumur untuk mandi dan minum. Dan tentu permainan tradisional lainnya yang ayah yakin, pasti tak dikenal, anak-anak sekarang.
Baca Juga:BRI Sahabat Disablitas, Bantu Penyandang bisa Bersaing di Dunia KerjaPolres Karawang Pastikan Tak Ada Penyekatan Mudik
Nak, kamu baru seminggu lalu “dikeluarkan” dari rahim ibumu. Ayahmu menemani ibumu. Kamu tak keluar alamiah melalui persalinan yang mendakukan pengorbanan nyawa ibumu. Namun tetap saja, menyisakan nyeri dan darah ibumu yang tak selesai dalam waktu satu bulan. Dan ibu-ayahmu ini sangat bahagia dengan kelahiranmu. Juga saudaramu dan handaitaulan.
Ayahmu tak tahu, permainan apa yang akan kamu mainkan nanti, manakala kamu menginjak usia balita. Sebab saat dalam kandungan saja kamu sudah diperdengarkan musik dan lantunan kalam suci dari perangkat gadget. Sebelum lahirpun kamu sudah bersentuhan dengan teknologi. Dan apakah nanti teknologi artificial intelligence (AI) yang akan menjadi pengasuh dan pembentukmu? Ayah tak tahu. Sebab ayah mungkin akan bertemu kamu sepulang kerja atau kala libur. Mungkin kamu akan banyak dengan ibumu dan gadget. Ayah ingat penggalan puisi Kahlil Gibran