“Anakmu bukan milikmu!
………
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
Yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam impian”
……..
Begitu kata Kahlil Gibran.
Bisa jadi betul apa kata Kahlil, kau akan menjadi milik masa depan. Ayahpun tak sanggup untuk mereka-reka seperti apa masa yang akan kau arungi di masa depan. Bahkan tidak dalam impian ayahmu ini.
Harapan ayah tentangmu sederhana. Kamu sehat dan selamat, bahagia, bisa mengenyam pendidikan dalam lanskap akademik global, bener dan pener, jujur, berbakti kepada ayah-ibumu, rukun dengan saudara-saudaramu, empati dan peka dengan lingkungan dimanapun kamu berada, panjang umur, solih, menjalankan ajaran agama dengan khusu’, humanis, berbudaya, beradab dan tak simbolis dimanapun, kapanpun dan dengan dengan siapapun. Kamu terbuka. Hidupmu berkah. Seperti doa harapan yang tersemat dinamamu, Batsa Alvaronizam Sabiq. Itu saja nak.
Ayah tak akan menuntut kamu harus jadi apa, apalagi jadi seperti ayah. Ayah hanya akan berusaha menemanimu dan saudara-saudaramu, mensuport semaksimal mungkin bahkan melebihi yang ayah mampu. Di masa-masamu dan masa saudara-saudaramu, sesuai masa waktu ayah.
“Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu, sebab kehidupan
Tidak pernah berjalan mundur.
Pun tidak tenggelam di masa lampau”
Baca Juga:BRI Sahabat Disablitas, Bantu Penyandang bisa Bersaing di Dunia KerjaPolres Karawang Pastikan Tak Ada Penyekatan Mudik
Kamu akan menemukan sendiri masamu, kuru setramu, surgamu, tujuanmu. Ayah hanya akan mengantarkan dan menyiapkanmu, seperti busur. Agar kamu tangguh, tabah, ulet, dan sabar. Kamu adalah anak panah yang akan meluncur jauh menembus cakrawala.
“Kaulah busur, anak-anakmulah anak panah yang meluncur.
Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat jauh dengan cepat.
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan
Sang Pemurah,
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat.
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang manta”
Namun ayah dan ibumu berjanji, akan membesarkanmu dan saudara-saudaramu dalam puisi Dorothy Law Nolthe:
Kamu dan saudara-saudaramu, ayah besarkan dengan toleransi, dorongan, pujian, sebaik-baiknya perlakuan, rasa aman, dukungan, kasih sayang dan persahabatan. Hanya itu. Dan semoga Allah, Tuhan Yang Maha Esa merahmatimu dan merahmati keluarga ini. (*)