SUBANG-Kepala Desa Ciasem Baru Indah Aprianti S.H bertekad memaksimalkan potensi pertanian. Indah yang dilantik menjadi Kepala Desa sejak Desember 2021 lalu, akan memulai rencana tersebut mulai dari tahun 2022 ini dengan pembenahan jalan usaha tani.
“Desa Ciasem Baru ini memiliki potensi pertanian 500-600 hektare. Tapi kondisi jalan usaha taninya masih sangat memprihatinkan. Bahkan kalau saat kondisi hujan atau setelah hujan, memakai motor di jalan tersebut rawan terjatuh,” ucap Indah.
Selama enam tahun ke depan, pertanian merupakan salah satu prioritas yang akan dilakukan oleh Indah. Sejumlah rencana baik infrastruktur pertanian, konektivitas BUMDes dengan pertanian hingga potensi penciptaan desa wisata berbasis pertanian menjadi salah satu targetnya.
Baca Juga:BRI Top! UMKM Pulih, Tancap Gas 3 Bulan Cetak Laba Rp.12,22 TriliunDukung Ramadan Bless Festival Bazaar Sarinah, BRI Hadirkan Beragam Promo Menarik
“Soal infrastruktur kita memiliki dana desa untuk mendorong itu. Tapi kita tak akan berhenti di situ, kita akan kejar dari pintu lain seperti dari aspirasi atau juga jejaring-jejaring yang saya miliki baik di Kementerian Pertanian maupun Kementerian Desa. Insya Allah akan terus kita usahakan. Pengajuan-pengajuannya kita mulai tahun ini, karena untuk tahun ini sudah mulai masuk tahun anggaran berjalan ya,” jelas Indah.
Sementara itu, salah satu kendala lain yang sering dihadapi dan masih belum ada penyelesaian adalah terkaait dengan hasil panen padi petani ketika panen raya yang harganya jatuh.
“Ini menjadi masalah yang memang belum terpecahkan, desa akan berupaya termasuk ke depan menggandeng BUMDes termasuk mencari offtaker secara langsung. Tidak mudah, tapi kita akan berusaha,” terang perempuan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini.
Indah melihat ada satu potensi yang dapat diciptakan di Desa Ciasem Baru yakni desa wisata berbasis pertanian. Jika melihat bentang alam, Pantura merupakan daerah yang basisnya adalah pertanian. Sehingga yang bisa dilakukan adalah menciptakan dan berinovasi untuk membentuk adanya Desa wisata tersebut.
“Berbeda kalau dengan di selatan misalnya, karena bentang alam pegunungan dan perbukitan itu bisa dibuka, mereka menciptakan juga tapi ada sisi lebih,” jelasnya.
“Tapi untuk desa wisata berbasis pertanian pun ada banyak yang sudah melakukan, di Cirebon, lalu juga Jawa Tengah banyak atau yang terdekat Taman Anggur Kukulu itu kan wisata berbasis pertanian tapi memang bukan Desa yang mengelola tapi kurang lebih seperti itu,” ucap Indah.