SUBANG-Gas melon Subang diduga diselundupkan ke Indramayu dengan cara bergerilya menggunakan motor dan mobil. Pasalnya, harga jual di Indramayu lebih mahal dari pada di Subang.
Harga Eceran Tertinggi (HET) di Subang Rp16.000 per tabung, sedangkan untuk di Indramayu mencapai Rp19.000. Hal tersebut membuat para pengecer mengambil kesempatan, dengan menjual tabung gas di Subang ke warung perbatasan Indramayu. Seperti Sukra, Haurgeulis dan lainnya.
Salah satu pemilik pangkalan Elpiji di wilayah Sukra – Indramayu H Zaki mengatakan, akibat dari pengecer yang menjual tabung gas melon di wilayahnya stok elpiji 3 kilogram punyanya menumpuk dan tidak terjual. “Mereka menggunakan motor atau mobil pick up, untuk menjual gas melon secara diam-diam untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga. Hal tersebut sudah terjadi sebulan kebelakang,” terangnya.
Baca Juga:UMKM Semakin Tangguh, Fundamental BRI Semakin KuatGaspol! BRI Fasilitasi 2.190 Seat Mudik Gratis Bagi Masyarakat
Akibat masuknya gas melon dari Subang yang ditandai dengan capseal berwarna kuning kode Subang, penjualannya menurun. Pengecer warung lebih memilih gas melon dengan harga lebih murah. “Nah ini dampaknya ke siapa? Ya ke kita pangkalan – pangkalan,” ungkapnya.
Pemilik pangkalan lainnya, Kartawi mengatakan, kabar megenai gas melon yang diselundupkan ke daerah Indramayu oleh pengecer nakal sudah didengarnya pada awal bulan puasa. Kartawi meminta kepada Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk melakukan penertiban. Jika perlu ada Satgas yang menaungi hal tersebut. “Ini harus ditertibkan sesegera mungkin,” katanya.
Menurutnya Kartawi, penjualan gas melon sudah ada aturannya. Pemerintah setempat mengatur HET. Gas melon dari luar daerah, jangan menganggu iklim penjualan di Indramayu. “Semua sudah ada jatahnya kan, jangan menganggu lah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bagian Ekonomi H Nurudin mengatakan, mengenai gas melon, pemerintah daerah mengatur dan memperhitungkan kebutuhan mulai dari HET dan kuota. “Itu di ranah daerah masing-masing,” katanya.(ygo/vry)