Oleh: Dony Purnomo
Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro
Pandemi Covid-19 memberikan berbagai dampak kehidupan, salah satunya adalah kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran yang mulanya dilaksankan secara luring berubah menjadi daring secara cepat. Perubahan ini mendorong sekolah dan peserta didik untuk menyesuaikan berbagai perubahan yang terjadi. Pada penerapannya di lapangan seringkali pembelajaran daring mengalami berbagai kendala.
Pada masa pandemi tahun 2020-2021 kemendikbudristek mengeluarkan kebijakan opsi kurikulum darurat. Selanjutnya apada tahun 2021-2022 kemendikbudristek kembali mengeluarkan kebijakan kurikulum sebagai pemulihan masa pandemi. Pada masa pemulihan ini kemendikbudristek memberikan pilihan kurikulum yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum merdeka.
Penerapan kurikulum merdeka diharapkan dapat memberikan angin segar bagi pemulihan pembelajaran di sekolah.
Baca Juga:Heboh Calon PPPK Banyak Mengundurkan Diri, Segini Ternyata Gaji PPPKHarga Samsung Galaxy M13 bukan 5G, Lengkap Spesifikasi!
Mengingat selama masa pandemi banyak ditemukan learning loss dan learning gap. Dalam learning loss ditandai dengan adanya kesulitan memahami kompetensi dan tidak mampu menguasai pembelajaran. Sedangkan pada learning gap ditandai dengan adanya tidak semua peserta dididk mampu mnegakses kegiatan pembelajaran secara daring. Peserta didik dengan ekonomi bawah memiliki kecenderungan mengalami kendala dalam pembelajaran daring.
Hingga kini telah banyak sekolah yang tertarik dalam penerapan kurikulum merdeka. Berdasarkan data yang ditampilkan oleh website kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id terdapat 143.265 sekolah yang telah tergabung menerapkan kurikulum merdeka. Dan di tahun pelajaran 2022/2023 nanti akan lebih banyka lagi jumlahnya karena banyak sekolah yang baru mendaftarkan penerapan kurikulum merdeka pada awal tahun pelajaran 2022/2023.
Implementasi kurikulum merdeka dalam pelaksanaannya di lapangan mengalami banyak kendala. Berbeda dengan penerapan kurikulum 2013 lalu pemerintah menyediakan pelatihan khusus bagi pengawas, kepala sekolah dan guru dalam menerapkan kurikulum. Pada kurikulum merdeka ini sekolah harus meraba-raba sendiri dengan cara mempelajari dari berbagai platform yang disediakan oleh kemdikburistekdikti. Sekolah mengalami kebingungan seperti penerapan kurikulum merdeka, karena dalam penerapannya banyak komponen yang harus disiapkan oleh sekolah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan sekolah yang akan menerapkan kurikulum merdeka adalah belajar pada sekolah penggerak. Namun, sayangnya jumlahnya masih minim dan tersebar tidak merata. Misal pada jenjang SMA, tidak semua kabupaten memiliki sekolah penggerak jenjang SMA sehingga harus lintas kabupaten untuk belajar pada implementasi kurikulum merdeka.