“Lebih mahal bikin jalur kereta api daripada jalan raya,” ujar Haji Aseng yang membawa saya ke kawasan ini (Baca Disway: Haji Aseng).
Jalan kereta api itu bukan rencana di awang-awang. Bayan sudah mengurus izinnya. Sudah selesai. Ini sebenarnya rencana lama Bayan. Lama sekali. Sebelum keputusan membangun jalan raksasa 100 km menuju Muara Wahau dibuat.
Ide jalan kereta api tersebut sempat diambil alih pemerintah daerah. Lalu ditawarkan ke investor asing: Rusia. Serius sekali. Beberapa mahasiswa Kaltim sudah disekolahkan ke Rusia.
Baca Juga:Respon cepat Kemensos bantu Korban Gempa Mamuju, Kirimkan Bantuan Logistik dari Makassar dan PaluRidwan Kamil dan Ulama Setempat Ikut Mandikan Eril secara Syariat Islam
Setelah lebih 10 tahun tertunda, Rusianya mundur. Maka Bayan maju lagi. Tanpa investor asing. Dibiayai sendiri.
Mungkin Bayan menyesal telanjur membangun jalan raksasa 100 km ke arah Muara Wahau. Kenapa tidak sekalian jalan kereta api itu saja. Bisa hemat Rp 3 triliun. Tapi Bayan tidak mau menyalahkan Rusia. Pun Pemda.
Yang jelas, jalan raksasa itu kelak akan jadi kekayaan pedalaman Kaltim. Bayan tidak bisa membawanya ke Jakarta atau ke Singapura.
Di lain pihak tidak mungkin mengharapkan pemerintah mau membangun jalan di jalur itu, sepanjang itu, sekokoh itu. Membangun jalan Samarinda-Balikpapan saja –90 km– perlu waktu 20 tahun. Padahal urgensinya jelas tinggi.
Bayan tentu sudah berhitung. Membangun jalan itu habis Rp 3 triliun. Tapi batu bara yang bisa lewat di atasnya lebih 30 juta ton setahun. Dengan harga batu bara USD 400/ton saat ini angka-angka di atas hanyalah angka.
Pun kalau juga harus membangun rel kereta api ke arah Sangatta. Batu bara yang bisa diangkut menjadi 60 juta ton/tahun. Tanpa biaya tongkang lagi. Tanpa biaya transhipment –memindah batu bara dari tongkang ke kapal besar di tengah laut.
Dengan kereta api batu bara bisa langsung ke pelabuhan laut. Batu baranya bisa dikucurkan langsung dari conveyor ke perut kapal. Masa tunggu kapalnya pun bisa lebih pendek. Lebih efisien lagi.
Baca Juga:BRI Bawa Pelaku UMKM Go Global melalui Ajang Pasar Senggol TurkiRidwan Kamil: Saya Bersaksi, Eril Wangi seperti Daun Eucalyptus
Batu bara milik perusahaan lain, dari lahan lain, juga bisa nunut di kereta api itu. Tinggal bayar tol ke Bayan.
Ke depan, Sungai Belayan menjadi bisa agak bernapas. Sungai Senyiur bisa bersiul-siul kembali. Dan sungai Mahakam bisa lebih teduh kembali. Siapa tahu ikan pesut, lumba-lumba air tawar itu,