NGAMPRAH-Pemerintah Kabupaten Bandung Barat terus berupaya melakukan penanganan stunting. Di Hari Ulang Tahun (HUT) ke 15 tahun ini, seluruh stakeholder bahu-membahu turut serta melakukan penanganan masalah kurang gizi kronis terhadap anak usia di bawah 5 tahun tersebut. Sebagaimana target nasional angka stunting menurun hingga 14 persen pada tahun 2024. Adapun upaya itu diantaranya dengan bekerjasama Donor Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA).
Plt. Bupati Bandung Barat Hengki Kurniawan mengatakan Pemda KBB menganggarkan Rp 20 miliar untuk penanganan stunting. Hal itu sebagai dukungan terhadap rencana aksi nasional dalam rangka penurunan angka stunting di Jawa Barat.
“Kami mendukung rencana aksi nasional dalam rangka penurunan angka stunting di Jawa Barat dengan menganggarkan anggaran APBD Bandung Barat sebesar Rp20 miliar. Upaya-upaya yang kita lakukan, mulai dari pembuatan jamban sehat, pemetaan wilayah yang rawan pangan atau gizi, pendampingan keluarga, edukasi bagi ibu-ibu hamil tentang pentingnya pola asuh ( Dengan memberikan ASI, Gizi tambahan, dan menjaga kebersihan sekitar lingkungan),” jelas Hengki usai menerima rombongan program BISA di Kantor Bupati Komplek Perkantoran Pemkab Bandung Barat, Ngamprah beberapa waktu lalu.
Baca Juga:15 Tahun Kabupaten Bandung Barat, Momentum Pemulihan Ekonomi Bangkit dari Pandemi Covid-19Belajar Hingga Kelulusan di Kontrakan, Sekolah Disegel Akibat Sengketa
Ia pun mengajak kaum ibu muda untuk memahami persoalan stunting. Hal ini demi mencegah terjadinya stunting pada anak. “Yuk ibu-ibu muda, kita pahami tentang stunting agar generasi penerus bangsa ini menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas,” ujarnya.
Duta Penurunan Stunting tingkat Kabupaten Bandung Barat, Sonya Fatmala, bertekad menurunkan angka stunting di wilayahnya. Namun upaya penurunan angka stunting di Bandung Barat cukup berat. Pasalnya, hingga saat ini tingkat stunting di wilayahnya masih berada diangka 32 persen.
Selain itu, kata dia, Pemda juga melibatkan Duta Genre ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi kepada generasi muda dalam membantu mensosialisasikan bahaya pernikahan dini dan bahaya seks bebas.
“Saat pernikahan dilakukan di usia muda akan membahayakan calon ibu, karena berpotensi kanker serviks dan jika terlanjur hamil maka bayi lahir berpotensi memiliki masalah stunting,” ungkapnya.