Saya mengenal tiga tokoh aktivis pembuat Eco Enzyme. Mereka gigih berkampanye memasyarakatkannya. Mereka membagikannya kepada siapa saja. Gratis.
Yang paling hebat adalah Vera Tan. Tinggal di Batam. Status di HP-nyi pun gambar botol berisi Eco Enzyme. Ia membuatnya di drum plastik. Siapa saja boleh minta.
Vera sampai belajar sendiri ke Thailand. Ke tokoh penemu Eco Enzyme itu. Vera tidak pernah kuliah di universitas, tapi pengetahuannyi tentang tanah dan tanaman sangat dalam. Vera terus keliling Indonesia. Sampai ke kota-kota kecil. Jadi pembicara. Jadi penyuluh.
Baca Juga:Nikita Mirzani Ingin Jual Rumah dengan Harga 15 Miliar, Ini AlasannyaSepak Terjang Zahra Muzdalifah, Bidadari Sepakbola Idaman Lelaki
Yang kedua, Joko. Ia tinggal di Denpasar, Bali. Nama lengkapnya Jokoryanto. Asli Belitung. Keturunan Tionghoa. Istrinya pun wanita Belitung –mereka temu-kenal di Bali.
Joko punya bisnis toko HP di kota Denpasar. Juga punya resto vegan di kota itu. Semula saya kira Joko itu dosen atau peneliti di Universitas Udayana. Bicaranya mirip seorang ahli. Ternyata ia juga tidak pernah makan bangku kuliah.
Tahun lalu Joko mendirikan gerakan Eco Enzyme Nusantara. Misinya: untuk penyelamatan bumi.
Kini gerakan itu sudah punya cabang di 26 provinsi. Relawan EEN tidak boleh mengomersialkan Eco Enzyme. Itu bertentangan dengan misi penemunya: Dr Rosukon Poompanvong. Ia seorang wanita Thailand. Kini berumur 64 tahun.
Rosukon punya penyakit darah yang aneh. Sejak lahir. Dia bisa bertahan karena menjauhi makanan non kimia. Dia belajar khusus pertanian tanpa pupuk kimia dan pestisida.
Rosukon juga pernah mendalami pengobatan alternatif di Sri Lanka. Lalu belajar pertanian di Haifa, Israel. Juga di Swiss. Dia menjadi tokoh pengembangan pertanian sehat.
Misi Rosukon berikutnya adalah: mengajarkan pembuatan Eco Enzyme secara gratis. Dari alam untuk alam. Ia tidak rela penemuannya jadi objek komersial.
Baca Juga:HUT Kabupaten Bandung Barat, Bangkit Berjuang Bersama Bangun Daerah, Ikhtiar Meningkatkan Kesejahteraan MasyarakatDukungan Anggaran dari Pemkab Bandung Barat Hingga Kerjasama Program Donor BISA, Untuk Penanganan StuntingÂ
Tanggal 3 Juli depan Joko dan sejumlah relawannya akan ke Thailand. Bertemu Rosukon.
Yang ketiga, adalah Ira Rahma. Dia dokter hewan lulusan Unair. Angkatan 1985. Ia memproduksi eco Enzyme sejak dua tahun lalu. Kini dia bikin pula yang aromanya wangi. Yakni eco Enzyme yang dibuat tidak menggunakan sampah organik campuran. Dia hanya menggunakan daun kayu putih segar.