Guru besar IPB University ini tidak memungkiri berbagai intervensi yang mendukung upaya percepatan penurunan stunting memiliki tantangan dan kendala dalam pelaksanaannya. Namun, dalam situasi yang multidimensional tersebut, juga terdapat pembelajaran atau upaya inovatif yang dapat dikembangkan.
“Kita pahami bersama bahwa dengan memperhatikan tren penurunan prevalensi stunting yang terjadi selama ini banyak pihak yang mengatakan bahwa angka 14 persen tersebut sulit untuk dicapai. Namun dengan semangat yang kuat dan sungguh-sungguh, kita harus yakin bahwa hal yang mustahil dapat menjadi kenyataan,” pungkas Damanik.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua TPPS Provinsi Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meminta BKKBN untuk melibatkan santri, kalangan pesantrem, dan majelis taklim dalam upaya-upaya percepatan penurunan stunting. Sebagai daerah yang dikenal sebagai salah satu basis pesantren, peran kalangan agamawan memiliki peran strategis dalam setiap program pembangunan.
Baca Juga:RANS Nusantara FC Ungguli Persija 1-5, Begini Respon PersijaKetua MUI Bandung, KH Miftah Faridl : Sepanjang hanya Pemikiran Khilafah masih Ditolerir
“Dalam Islam, setiap manusia itu dituntut untuk memperhatikan latar belakang pasangan masing-masing. Juga mempersiapkan generasi yang sehat dan kuat. Dengan demikian, pencegahan atau penurunan stunting sangat sejalan dengan ajaran Islam. Karena itu, kalangan agamawan sangat penting untuk dilibatkan. Selain Satgas itu berasal dari kalangan profesional, alangkah baiknya jika melibatkan santri dan pondok pesantren,” ungkap Uu.(rls/sep)